Sabtu, 26 Juli 2014

BEBERAPA SAAT BERSAMA FRIESKA RARA BERLIAN “GEMERLAP BINTANG DARI KOTA KEMBANG”

Catatan Dimas Arika Mihardja 

DULU saat Bintang Kartika memosting puisi 2,7 di grup ini,puisinya mulai bertaburan bintang. Saya sebagai admin lalu menaruh apresiasi tinggi pada hasil kreativitasnya. Dalam minggu ini, ada pendatang baru dari kota Kembang, Bandung yang puisinya juga bertaburan bintang. Dialah FrieskaRara Berlian, sebuah nama yang puitis. Nama ini agak fenomenal, sebab sehari masuk menjadi anggota grup yang ke 6666 menolak pemberian hadiah dari pengurusgrup. Saya lantas berkenalan dan menjalin pertemanan dengan peragawan busanadari kota Kembang ini. Wajahnya mememang imut dan semoga tidak amit-amit hehehe.

Pada dinding wallnya selain tampil koleksi berapa fotonya juga termuat beberapa puisi panjang. Puisinya menunjukkan sesuatu talenta tersembunyi. Saya seperti menemukan berlian (didalam namanya memang ada “Berlian”) dan berlian itu perludigosok, dibentuk, menjadi tidak sekadar perhiasan, namun untaian puisinyaharuslah menjadi manik mutu manikam. Di luar dugaan, setelah sehari keluar darigrup, ia kirim inbok dan menyampaikan keinginannya menjadi anggota grup puisi2,7 lagi. Keinginannya saya penuhi, kembali saya masukkan sebagai anggota grup.Ia kemudian memberanikan memosting sebuah puisi, saya bubuhi bintang atas kualitas estetis dan muatan nilai dalam puisi yang dipostingnya. 

Seperti kecanduan, ia pun memosting puisi kedua, ketiga,keempat, kelima, dan keenam. Lima puisi bertaburan bintang judulnya dapat dirangkai seperti ini: 

USAI CERAI, ALONE 
PAPAH JIWA YANG BERSIH 

Frieska Rara Berlian melalui dokumen ini paling tidak mengajak pembaca untuk mencapai katarsis, sebuah pencerahan dan persembahanjiwa yang bersih. Pada mulanya sengkarut dan kemelut hidup, redup dan kalut.Mulut seakan tertutup kabut sehingga segalanya terasa usai. Puisi yang terdokumentasi seakan jadi mata rantai kemelut hidup. 

Apakah yang terjadi USAI CERAI? Jawabannya "ALONE,sendiri atau siklus kedudupan terkesan "lamban (alone, pelan). Kemudian setelah itu ada seruan yang mengusik kalbu PAPAH JIWA YANG BERSIH. 

Pada titik seseerang mampu memapah jiwa putih bersih, makaUSAILAH musibah dan segala keluh kesah. Itulah gambar hidup dan dinamikanya terpapar dengan baik yang secara keseluruhan melukiskan SIKLUS HIDUP.Pada rangkaian judul itu dapat diraba betapa muskylnya hidup, penuh karut marut,kemelut dan bahkan bayang maut. Ini yang menjadikan puisi dalam Pusat Dokumentasi Sastra ini merebut perhatian pembaca. 

Pengalaman hidup yang beragam kreatorlah yang memberi nyawa dan kekuatan pada puisi, yang tertuang dalam ruang kontemplasi yang bermuara pada katarsis. Katarsis ini yang dikemukakan dengsn baik, seperti judul yang terangkai di awal 

USAI 

Langit senja memudar hitam 
O, bunga berguguran! 

Frieska, 17.05.2014 **** (DAM) 

Jiwa Yang Putih 

Di relung hati, nurani bercahaya
: terang gemintang

Frieska, 16.05.2014 

Ruh puisi sebagai manifestasi spiritualitas dan ruhaniah dengan baik terunggah pada puisi cantik ini : jiwa putih, berkilau. SelamatFrieska Rara Berlian.***** Jiwa putih senantiasa bercahya, seterang gemintang (DAM)

CERAI 

Dinding nurani pecah 
Airmata kepedihan menggenang; tumpah 

Frieska, 15.05.2014 *****(DAM)

Imron Tohari Benar mas Dimas Mihardja, Frieska RaraBerlian dengan pola tuang puisi 2,7 seakan sudah menyatu saling kenalsebelumnya, salut. puisi ini menurutku matang, penggunaan tanda baca jugatepat. Puisi indah dan sarat pesan moral. ok****

ALONE 

Sunyi terbalut dingin 
Resah mengetuk malam. ah! 

Frieska, 16.05.2014 (*****(DAM) 

PAPAH 

Menggantung wajahmu di dinding kenangan 
Mataku terburai!

Frieska, 15.05.2014 *****(DAM) 

Puisi berjudul PAPAH (PAPA, AYAH, BAPAK) yang dipublis oleh Frieska merebut perhatianku. Pertama, puisi ini adalah puisi perdana yang diposting di grup ini. Kedua, meski puisi ini telah direvisi atas bantuan kawan-kawan grup (DAM, Diani Noor Cahya, Hardiyono Sulang) terkait dengan kurangnya titimangsa dan penulisan tanda seru, puisi ini terasa mengharu-biru. Betapa sosok ayah (papah, bapak) bagi seorang anak meninggalkan jejak kenangan. Pada larik pertama sebagai lukisan suasana awal tarasa dengan jelas dan kuat: 

Menggantung wajahmu di dinding kenangan. 

Padu dan padan kata pada larik ini tergolong kata kongkret,yang dengan jelas memberikan gambaran angan bagi pembaca. Sosok papah ituseolah-olah menjadi potret yang bisa digantung, dipandangi, dan aneka kenangan bersama papah kembali hadir seperti film. Akibatnya larik kedua “matakuterburai”. Air mata deras mengalir.Meskipun terburai itu kurang cocok dengan mata (terburai misalnya cocok untukusus, ususnya terburai), namun efek “bum” hadir pada pilihan kata terburai (dan tidak dikatakan “terurai”, yang kesannya biasa saja. 

Melalui postingan perdana di grup puisi 2,7 ini dapat diraba bahwa pada diri Frieska terdapat potensi sebagai penyair masa depan, tentu melalui serangkaian proses dan bimbingan yang benar. Pilihan judul PAPAH,selain berkonotasi dan merujuk ke sosok ayah, juga secara implisit menggambarkan keadaan tidak berdaya, seperti ungkapan ini: “Ia perlu dipapah, berjalan mendaki bukit terjal”. Dipapah adalah digandeng, dirangkul, dituntun, untuk terus melakukan perjalanan. Terlintas dalama pikiran, bahwa seseorang yang lemah erlu dipapah, dibimbing, didukung, dan diarahkan menuju tujuan yang dikehendaki. Jadi, puisi ini selain menarik perhatian juga menyodorkan sesuatu renungan yang baik. Frieska sempat ragu-ragu untuk bergabung dengan grup puisi2,7, bahkan nomor anggotanya yang ke 6666 dan akan dikirimi bingkisan buku ditolaknya, “maaf, saya hanya mau tahu dua tujuh itu seperti apa dan tidak berharap mendapatkan hadiah”, begitu kira-kira ia merespon kemauan baik admin grup. Di pihak lain, Aiyu Nara sebagai sekretaris grup lalu seolah-olah ingin merangkul keraguaan Frieska, dengan puisi yang saya bubuhi bintang 4, sepertiini: 

AMSAL MAWAR

kemarilah manisku, sebentar 
sungguh, memelukmu aku ingin 

AN,mei 2014 

KLOP. PAS. Seakan seperti tumbu mendapatkan tutup. KeraguanFrieska soal kemampuan menulsi puisi direspon dengan baik sekali oleh AiyuNara, dengan sebuah amsal, metafora, perbandingan yang indah, yakni bungamawar. Kata-kata larik pertama puisi Aiyu Nara :kemarilah manisku, sebentar.Sebuah seruan dan ajakan lembut agar seseorang berkenan datang, manis sekali.Ditambah larik kedua: 

sungguh, memelukmu aku ingin. 

Terdapat enjambemen/pemotongan larik dengan baik..../sebentar/ dan /sungguh/ yang tidak menjadikan puisi ini idenya menderas.Puisi Aiyu Nara seakan-akan melukiskan sosok ibu yang penuh kasih-sayang dan kerinduan ingin sungguh-sungguh memeluk “manisku” Puisi hakikatnya suara batin penyair. Suara batin itu meruangkan kontemplasi bagi pembaca dan kreator, puisi yang baik seperti mengebor sukma dan menawarkan pencerahan. 

Puisi yang baik tak sebatas curhat. Unsur puisi larut,kental, pekat alias sublim. Puisi bukanlah permainan bahasa semata, melainkan eksplorasi bahasa asosiatif, sugestif, ekspresif dan magis. Jika 4 corak bahasa ini hadir dalam puisi peembaca bisa tersihir. Puisi seperti ini layak mendapatkan bintang ★★★★★. Bahasa asosiatif maksudnya puisi mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merembet dan berkisar ada makna onotatif yang lazim.Bahasa ekspresif mengandung maksud bahwa setiap pilihan unyi. Kata, kalimat,majas,dll dipergunakan leh penyair untuk keperluan ekspresi, mampu memperjelas gambaran makna, dan menimbulkan kesan yang kuat. Setiap unsur bahasa dipergunakan oleh penyairnya untuk mengeskspresikan nada puisi, suasana puisi, rasa dan pengalaman penyairnya. Bahasa puisi bersifat sugestif maksudnya puisi bersifat menyaran dan memengaruhi pembaca secara menyenangkan, nikmat, dan tidak terasa memaksa. Dan dalam konteks tertentu, bahasa puisi bersifat magis. Maksudnya bahasa puisi memiliki kekuatan magis, membius,menyentak dan mengagetkan pembaca dan berseru “WOW”. 

Pada diri Frieska selaku creator tampak adanya labilitaspsikologis di sat ihak an potensi kreatif di pihak lain. Ini wajar mengingat kisah hidupnya penuh warna-warni, suka dan duka silih berganti. Karena bila ini lagi-lagi mengajukan izin untuk keluar dari keanggotaan grup, dan saya hanya mengingatkan jika ingin bertambah dwasa dn matang, berinteraksilah engan banyakangota dn admin grup. Rupanya labilitas itu disebabkan tiadanya kawan di grup ini.Setelah banyak melakukan interaksi dan mulai mendapatkan kawan, ia menuliskanpuisi keenam berikut ini: 

CINTADALAM HATI

kusentuh dalam senyuman. kekasih 
Gelombang cinta menerjang 

Frieska, 18.05.2014 

Lagi-lagi melalui posting uisi keenam ini ia menunjukkan talenta alam memilah dan memilih kata dan secara implisit Frieska mulai menunjukkan rasa cinta pada grup yang hebat ini, begitulah Frieska dan puisi-puisinya yang tampak kontroversial, beberapa melanggar kaidah tata bahasa,dan perolehan bintang yang terkesan kontroversial, tidak rasional, dan bahkan sensasional. Dalam hatinya tumbuh cinta untuk grup ini, sebuah grup yang dikelola brdasarkan prinsip saling sah, asih, dan asuh. Tetapi labilitasnya mulai menggelisahkannya saat di ruang komentar ada beberapa pihak“mencurigainya” memiliki akun ganda, tentu mengandung dan mengundang epalsuan.Terlebih sikap kritisnya dalam merespon dalam berbagai interaksi terkadang dicurigai sebagai “bukan orang baru” tetapi dipandang sebagai “orang lama” yang telah mengenal puisi 2,7. 

Terkait dengan “kecurigaan” itu, saya pribadi sebagai admin dan pendiri grup mengelus dada lantaran prihatin. Grup seolah-olah gempar,ribut,dan tidak nyaman dan mas Imron Tohari bahkan menghapus berapa komentar yang dipandang dapat membahayakan grup. Terkait dengan ini, saya menulis: Mas Imron Tohari yang adem, kalem aja. Tenang, belanda masih jauh. Saya keras dan tegas. Puisi 2,7 harus berkembang. Perbedaan memang indah. Kita contoh piano.Antara bilah hitam dan putih berdampingan menciptakan harmoni dan nada indah. 

Siapa pun baik tak curiga, apalagi meniupkan isu akunganda. Jika memang ada akun ganda dan jadi pengacau pasti diremove. Identitastak jelas akan disingkirkan. Siapapun itu. Ini prinsip. Jenis kelamin ganda itu tidak sehat. Curiga hanya membuat sesat. 

Kita tak mau stagnan. Beku. Kaku seperti batu. Jernihlah dalam berpikir. Sehatlah dalam berbuat. Kita perlu melakukan reformasi diri,puisi 2,7 harus inovatif dan prospektif. Menutup diri dari kebaruan itu tak berguna. Pintarlah mrmbaca suasana. Mewujudkan keadaan. Tidak emosi. Jauhkan syak wasangka. Saling mencintalah seperti kita bercinta dengan puisi 2,7. Siapa mau maju, rombak alam pikir sempit. Luaskan wawasan dan kedewasaan dalamberdikap dan berperilaku. Apresiasi puisi bertolak dari puisi. Apresiasi hakikatnya penghargaan, penuh toleransi, inovatif, kreatif dan prospektif. Pikirkanlah hal itu. 

Jambi, 18 Mei 2014 Salam DAM 123 sayang semuanya

Tidak ada komentar: