Minggu, 01 Juli 2012

BANJARBARU KIBLAT SASTRA KALSEL ?



Oleh : Arsyad Indradi.

Sejak tahun 1996 sampai tahun 2012 ini kesastraan Banjarbaru, terutama puisi mulai bertumbuhan dan berkembang pesat di tanah huma Banjarbaru. Sebelum itu hasil karya puisi sastrawan Banjarbaru yang semula banyak termuat di berbagai buku puisi karya bersama di Kalsel ( Tamu Malam, Jendela Tanah Air dll.) dan luar Kalsel ( Getar, Getar II, Bangkit terbitan Bulsas Kreatif Kota Batu dll.) serta media cetak seperti harian lokal maupun nasional juga majalah sastra Horison, sastrawan Banjarbaru mulai menghimpun sendiri karya puisi baik perorangan mau pun karya bersama menjadi sebuah antologi puisi.
Sejarah kesastraan Banjarbaru membuktikan sejak tahun 1996 dimana penerbitan terus berkembang, terbit karya puisi, cerpen dan Novel. Terbit karya bersama antologi puisi seperti : Rumah Hutan Pinus (1996), Gerbang Pemukiman (1997), Bentang Bianglala (1998), Cakrawala (2000), Bahana (2001), Tiga Kutub Senja (2001), Taman Hati (2001), Narasi Matahati (2002), Sajadah Kata (2002), Notasi Kota 24 Jam (2003), Air Mata Malam Malam (2004), Bulan Ditelan Kutu (2004), Mendulang Cahaya Bulan (2004), Baturai Sanja (2004), Anak Zaman (2004), Dimensi (2005), Menadah Turunan Hujan (2005),Membilas Miang Kabut (2006), Antologi Puisi Nusantara : 142 Penyair Menuju Bulan (2006), Taman Banjarbaru (2006), Melayat Langit (2006), Kugadaikan Luka (2007), Malaikat Hutan Bakau (2008), Darah Penanda ( Dewan Kesenian Banjarbaru, 2008), Pendulang,Hutan Pinus, dan Hujan (Amad Fahrawi dan M.Rifani Djamhari,2011).
Terbit antologi karya perorangan seperti : Dunia Telur ( Hamami Adaby, 2001), Lajang (Hudan Nur, 2002), Bunga Angin (Hamami Adaby,2003), Surat Dari Swiss (Hamami Adaby,2003), Tragedi 3 November (Hudan Nur,2003), Anak Bawang (Ali Syamsudin Arsy,2004), Bayang Bayang Hilang (Ali Syamsudin Arsy,2004), Dermaga Cinta (Hamami Adaby,2004), Surat Terbuka Seorang Lelaki dengan Vonis Mati (M.Rifani Djamhari,2004), Pesan Luka Indonesiaku (Ali Syamsudin Arsy,2005), Umai Bungas Banjarbaru (Hamami Adaby,2005), Bukit Bukit Retak (Ali Syamsudin Arsy,2005), Kaduluran (Hamami Adaby,2006), Kalalatu (Arsyad Indradi, 2006), Narasi Musafir Gila (Arsyad Indradi,2006), Nyanyian Seribu Burung (Arsyad Indradi,2006), Romansa Setangkai Bunga (Arsyad Indradi,2006), Lelaki Kembang Batu (Eza Thabry Husano,2008), Di Jari Manismu Ada Rindu (Hamami Adaby,2008), Anggur Duka (Arsyad Indradi,2009), Burinik (Arsyad Indradi,2009), Bungkam Mata Gergaji ( Ali Syamsudin Arsy,2011),Nyanyian Seribu Sungai (Hamami Adaby,2011),Asmaul Husna (Iberamsyah Barbary, 2011), Serumpun Ayat-Ayat Tuhan (Iberamsyah Barbary,2011).
Antologi puisi, terbit cerpen, kumpulan cerpen, novel dan kumpulan esai. Kumpulan cerpen : Gadis Dayak ( Setia Budhi,2006), Kumpulan cerpen : Perempuan Yang memburu Hujan (Harie Insani Putra dan Sandi Ferly,2008).Novel : Jazirah Cinta ( Randu Alamsyah,2008), Novel : Rumah Debu (Sandi Ferly,2011). Minggu Raya ( Rico Hasim,2011),Kumpulan esai : Risalah Penyair Gila (Arsyad Indradi,2009).
Disamping giat menerbitkan buku sastra khusus Banjarbaru,agenda tahunan Tadarus Puisi di Bulan Ramadhan, menghadiri Aruh Sastra Kalsel. Agenda bulanan baca puisi di panggung bundar Minggu Raya. Dan tidak ketinggalan pula ikut berpartisipati dalam kumpulan puisi bersama di Kalsel ( Konser Kecemasan,Seloka BiruBatu Benawa dll), di luar Kalsel (Kenduri Puisi Buah Hati Untuk Diah Hadaning, Pedas Lada PasirKuarsa, Akulah Musi dll.)
Pemerintah Kota Banjarbaru menetapkan bahwa Banjarbaru sebagai kota pendidikan seperti apa pada Visi dan Misi Kota Banjarbaru. Tentu, pendidikan merupakan jalan yang lebar dalam peningkatan kualitas manusia yang sekaligus menjadi jembatan dalam perubahan kehidupan yang lebih baik.
Dan fakta sejarah kesastraan dan fenomena kegiatan sastra Banjarbaru seperti diuraikan di atas, dimana di kota ini begitu dinamis dan mempunyai prosfek yang menjanjikan dalam perkembangan proses kreatifitas dunia sastra, sebuah kota yang subur untuk menyemai benih sastra, baik prosa mau pun puisi.
Timbul pertanyaan. Sejauh manakah apresiatif masyarakat Banjarbaru terhadap perkembangan kesastraan Banjarbaru ? Atau masihkah pelajar dan mahasiswa Banjarbaru tidak mengetahui bahwa di kotanya telah begitu subur dan meriah kegiatan sastra dan banyak penerbitan buku sastra ? Dan menjadi kebanggaan bahwa Banjarbaru kiblat sastra Kalimantan Selatan ?
Jika hal ini terjadi terisolasinya masyarakat, pelajar dan mahasiswa dari sastranya, maka tak perlu mencari siapa biang keroknya tetapi mari kita bersama menyusur benang merahnya sehingga Kota Banjarbaru sungguh menjadi kota pendidikan, kota idaman, yang mempunyai sekolah dan kampus perguruan tingginya subur dan semarak dengan sastranya. *** Semoga.
Banjarbaru, 25 Juni 2012