(Kesan Perjalanan Bambang Widiatmoko ke
Negeri Sakura)
Tepat pukul 23.00 awal April 2012 yang lalu kami bertiga,
Prof Dr Titik Pudjiastuti (Guru Besar Universitas Indonesia), Dr Mujizah
(Peneliti di Badan Bahasa Kemendikbud) dan saya
tiba di bandara internasional Haneda, Tokyo. Prof Dr Willem van Der
Molen dan Prof Yumi Kondo, keduanya peneliti di Tokyo University of Foreign Studeis (TUFS)
telah menunggu kedatangan kami.
Seluruh perjalanan kereta api dari Haneda ke
kota-kota di Provinsi Tokyo telah berakhir. Kami akhirnya naik bus menuju
kampus TUFS di Tama. Suhu udara menunjukkan 9 derajat Celcius. Teramat dingin
untuk ukuran orang yang biasa hidup di Jakarta.
Kami tiba di kampus TUFS dan segera beristirahat di apartemen
milik kampus. Esok harinya dengan berjalan kaki kami menuju kampus TUFS untuk
seminar tentang kekayaan manuskrip. Perjalanan menuju kampus melewati deretan
pohon Sakura, namun belum tampak satu pun yang mekar. Suasana kampus sangat
sepi karena mahasiswa masih liburan. Hanya ratusan sepeda onthel yang
ditinggalkan mahasiswa diparkir di lorong-lorong kampus.
Kami mendapat cerita kalau musim bunga Sakura (Cherry Blossom) mekar di Jepang memang
tidak bersamaan. Mekarnya bunga Sakura dapat dipantau dari perkiraan cuaca yang
ditayangkan televisi. Seperti di Tokyo
bunga Sakura belum mekar, tapi para
wisatawan dari berbagai negara yang berdatangan di Kyoto, sudah bisa menikmati indahnya bunga
Sakura. Untuk itulah pada malam harinya kami bertiga bertolak ke Kyoto dengan naik bus tingkat dari depan stasiun Tokyo. Perjalanan dari Tokyo menuju Kyoto
dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 8 jam.
Terminal kedatangan bus terletak di seberang stasiun
kereta api Kyoto.
Arsitektur stasiun Kyoto
luar biasa megahnya. Di stasiun ini
gambar Doraemon berukuran besar dilukis di tangga escalator. Jumlah
wisatawan asing yang berkunjung ke Tokyo
lebih banyak dibanding kota-kota lain di Jepang. Kyoto memang dikenal sebagai kota wisata dan kota budaya yang mendapat julukan
Kota Seribu Kuil. Di antaranya yang sangat menarik adalah Rukuon-ji Temple atau
kuil emas yang berdiri di tengah danau, dan Sanjūsangen-dō, kuil yang memiliki
1000 patung.
Bagi wisatawan telah disediakan bus
khusus bernomor 100 dan bertarif 100 Yen. Dengan membeli tiket berbentuk kartu
wisatawan akan dibawa menuju tempat-tempat wisata dan tempat bersejarah di
Kyoto. Tiket ini berlaku bebas menuju tempat yang diinginkan wisatawan,
terserah mau mondar-mandir beberapa kali. Yang perlu diingat perjalanan bus ini
berakhir pukul 17.00 dan kembali ke terminal. Taxi di Jepang pada umumnya
sangat mahal, sehingga ada ungkapan “orang kaya saja yang mampu naik taksi.”
Perjalanan berburu keindahan bunga
Sakura pun dimulai. Bunga Sakura mekar sekitar akhir Maret. Namun tahun ini
mekarnya bunga Sakura mundur hingga memasuki bulan April. Mekarnya bunga Sakura
menandai musim semi telah tiba. Untuk itulah tahun akademik di Jepang dimulai
setiap bulan April.
Masyarakat Jepang memiliki tradisi
khusus untuk merayakan mekarnya bunga Sakura yang disebut Hanami. Arti Hanami
berasal dari Hana (bunga) dan Mi (melihat). Jadi artinya melihat bunga. Tradisi
ini dikenal sejak abad 7 saat pemerintahan zaman Nara, namun khusus
diperuntukkan buat kalangan bangsawan. Baru memasuki zaman Edo sampai kini
tradisi Hanami bisa dilakukan oleh siapa saja.
Masyarakat Jepang akan beramai-ramai
menuju taman-taman yang dipenuhi pohon bunga Sakura. Sambil duduk-duduk beralas
tikar mereka menyantap bekal yang dibawa dari rumah. Tentu Sake diminum bersama
untuk menghangatkan badan, namun tak sedikit pula yang akhirnya mabuk.
Warung-warung tenda yang dibangun selama Hanami juga tersedia, dengan menjual
makanan dan minuman seperti Takoyaki, Yakisoba, Yakitori, ayam goreng, makanan
ringan, soft drink dan ice cream.
Perayaan Hanami
hanya berlangsung singkat, sekitar 10 hari saja. Pada
umumnya bunga sakura mekar dimulai dari daerah selatan yang berudara lebih
hangat, seperti pulau Okinawa, lalu merambat ke utara, dan berakhir di
Hokkaido.
Beberapa taman juga melangsungkan
perayaan Hanami di malam hari yang disebut Yozakura. Tentu sangat romantis
duduk-duduk di bawah rimbunnya bunga Sakura diterangi remang-remang cahaya
lampu lampion dan cahaya bulan.
Sekembalinya kami dari Kyoto ke
Tokyo, bunga Sakura pun sudah tampak mekar di mana-mana. Kami pun puas
berhanami di berbagai taman-taman di Tokyo dan di pelabuhan Yokohama. Bahkan di taman-taman kampus TUFS pun bunga Sakura mulai
bermekaran. Sungguh indah pemandangan di Negeri
Sakura ini. (Bwd)
Bambang Widiatmoko Tampak memegang mangkok Teh Jepang
Ushiku Daibutsu. Ribuan wisatawan
datang ke Ushiku Daibutsu Jepang, untuk berwisata religius di kompleks patung
Buddha setinggi 82 meter. Ushiku
Daibutsu tercatat meraih Guinness Book
of World Records sebagai patung
Buddha terbesar di dunia. Wisatawan bisa masuk ke dalam tubuh patung Buddha hingga di dada dan lengan, dan melihat
pemandangan di sekelilingnya yang dipenuhi bunga sakura. Pemandangan itu akan
berganti setiap musim yang menyajikan keindahan bunga sesuai musimnya. Untuk
menuju tempat ini dapat menggunakan taxi atau bus dengan waktu tempuh 25 menit
dari stasun kereta api Ushiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar