Kamis, 27 September 2012

Tradisi Hanami, Pesona Negeri Sakura


(Kesan Perjalanan Bambang Widiatmoko ke Negeri Sakura)

            Tepat pukul 23.00 awal April 2012 yang lalu kami bertiga, Prof Dr Titik Pudjiastuti (Guru Besar Universitas Indonesia), Dr Mujizah (Peneliti di Badan Bahasa Kemendikbud) dan saya  tiba di bandara internasional Haneda, Tokyo. Prof Dr Willem van Der Molen dan Prof Yumi Kondo, keduanya peneliti di Tokyo University of Foreign Studeis (TUFS) telah menunggu kedatangan kami.
 Seluruh perjalanan kereta api dari Haneda ke kota-kota di Provinsi Tokyo telah berakhir. Kami akhirnya naik bus menuju kampus TUFS di Tama. Suhu udara menunjukkan 9 derajat Celcius. Teramat dingin untuk ukuran orang yang biasa hidup di Jakarta.
            Kami tiba di kampus TUFS dan segera beristirahat di apartemen milik kampus. Esok harinya dengan berjalan kaki kami menuju kampus TUFS untuk seminar tentang kekayaan manuskrip. Perjalanan menuju kampus melewati deretan pohon Sakura, namun belum tampak satu pun yang mekar. Suasana kampus sangat sepi karena mahasiswa masih liburan. Hanya ratusan sepeda onthel yang ditinggalkan mahasiswa diparkir di lorong-lorong kampus.
            Kami mendapat cerita kalau musim bunga Sakura (Cherry Blossom) mekar di Jepang memang tidak bersamaan. Mekarnya bunga Sakura dapat dipantau dari perkiraan cuaca yang ditayangkan televisi.  Seperti di Tokyo bunga Sakura belum mekar, tapi  para wisatawan dari berbagai negara yang berdatangan di Kyoto, sudah bisa menikmati indahnya bunga Sakura. Untuk itulah pada malam harinya kami bertiga bertolak ke Kyoto dengan naik bus tingkat dari depan stasiun Tokyo. Perjalanan dari Tokyo menuju Kyoto dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 8 jam.
            Terminal kedatangan bus terletak di seberang stasiun kereta api Kyoto. Arsitektur stasiun Kyoto luar biasa megahnya. Di stasiun ini  gambar Doraemon berukuran besar dilukis di tangga escalator. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Tokyo lebih banyak dibanding kota-kota lain di Jepang. Kyoto memang dikenal sebagai kota  wisata dan kota budaya yang mendapat julukan Kota Seribu Kuil. Di antaranya yang sangat menarik adalah Rukuon-ji Temple atau kuil emas yang berdiri di tengah danau, dan Sanjūsangen-dō, kuil yang memiliki 1000 patung.
            Bagi wisatawan telah disediakan bus khusus bernomor 100 dan bertarif 100 Yen. Dengan membeli tiket berbentuk kartu wisatawan akan dibawa menuju tempat-tempat wisata dan tempat bersejarah di Kyoto. Tiket ini berlaku bebas menuju tempat yang diinginkan wisatawan, terserah mau mondar-mandir beberapa kali. Yang perlu diingat perjalanan bus ini berakhir pukul 17.00 dan kembali ke terminal. Taxi di Jepang pada umumnya sangat mahal, sehingga ada ungkapan “orang kaya saja yang mampu naik taksi.”
            Perjalanan berburu keindahan bunga Sakura pun dimulai. Bunga Sakura mekar sekitar akhir Maret. Namun tahun ini mekarnya bunga Sakura mundur hingga memasuki bulan April. Mekarnya bunga Sakura menandai musim semi telah tiba. Untuk itulah tahun akademik di Jepang dimulai setiap  bulan April.
            Masyarakat Jepang memiliki tradisi khusus untuk merayakan mekarnya bunga Sakura yang disebut Hanami. Arti Hanami berasal dari Hana (bunga) dan Mi (melihat). Jadi artinya melihat bunga. Tradisi ini dikenal sejak abad 7 saat pemerintahan zaman Nara, namun khusus diperuntukkan buat kalangan bangsawan. Baru memasuki zaman Edo sampai kini tradisi Hanami bisa dilakukan oleh siapa saja.
            Masyarakat Jepang akan beramai-ramai menuju taman-taman yang dipenuhi pohon bunga Sakura. Sambil duduk-duduk beralas tikar mereka menyantap bekal yang dibawa dari rumah. Tentu Sake diminum bersama untuk menghangatkan badan, namun tak sedikit pula yang akhirnya mabuk. Warung-warung tenda yang dibangun selama Hanami juga tersedia, dengan menjual makanan dan minuman seperti Takoyaki, Yakisoba, Yakitori, ayam goreng, makanan ringan, soft drink dan ice cream.
Perayaan  Hanami hanya berlangsung singkat, sekitar 10 hari saja. Pada umumnya bunga sakura mekar dimulai dari daerah selatan yang berudara lebih hangat, seperti pulau Okinawa, lalu merambat ke utara, dan berakhir di Hokkaido.
            Beberapa taman juga melangsungkan perayaan Hanami di malam hari yang disebut Yozakura. Tentu sangat romantis duduk-duduk di bawah rimbunnya bunga Sakura diterangi remang-remang cahaya lampu lampion dan cahaya bulan.
            Sekembalinya kami dari Kyoto ke Tokyo, bunga Sakura pun sudah tampak mekar di mana-mana. Kami pun puas berhanami di berbagai taman-taman di Tokyo dan di pelabuhan Yokohama. Bahkan di taman-taman kampus TUFS pun bunga Sakura mulai bermekaran. Sungguh indah pemandangan di Negeri Sakura ini. (Bwd)

 
 Bambang Widiatmoko Tampak memegang mangkok Teh Jepang
 
Ushiku Daibutsu. Ribuan wisatawan datang ke Ushiku Daibutsu Jepang, untuk berwisata religius di kompleks patung Buddha setinggi  82 meter. Ushiku Daibutsu tercatat meraih Guinness Book of  World Records sebagai patung Buddha terbesar di dunia. Wisatawan bisa masuk ke dalam tubuh patung  Buddha hingga di dada dan lengan, dan melihat pemandangan di sekelilingnya yang dipenuhi bunga sakura. Pemandangan itu akan berganti setiap musim yang menyajikan keindahan bunga sesuai musimnya. Untuk menuju tempat ini dapat menggunakan taxi atau bus dengan waktu tempuh 25 menit dari stasun kereta api Ushiku.

Tidak ada komentar: