Oleh : Bambang Widiatmoko
Masyarakat Bekasi tentunya merasa bangga. Rekaman peristiwa
yang ditulis Charil Anwar dalam bentuk sajak berjudul “Antara Kerawang –
Bekasi” tidak berlalu begitu saja. Hari
kelahiran penyair Chairil Anwar menjadi titik tolak lahirnya Hari Puisi
Indonesia.
Hari Puisi Indonesia dideklarasikan para penyair Indonesia
di Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau, Kamis (22/11). Pembacaan naskah deklarasi Hari
Puisi Indonesia dilakukan oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum
Bachri dengan didampingi 27 penyair Indonesia.
“Sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
menganugerahi bangsa Indonesia dengan kemerdekaan dan kesusastraan, sekaligus
untuk mengabadikan kenangan atas puisi yang telah ikut melahirkan bangsa ini,
kami mendeklarasikan tanggal lahir Chairil Anwar, 26 juli, sebagai Hari Puisi
Indonesia,” kata Sutardji Calzoum
Bachri.
Para deklarator sepakat bahwa bahasa Indonesia adalah
pilihan yang sangat nasionalistis. Dengan semangat itu pula para penyair
memilih menulis dalam bahasa Indonesia, sehingga puisi secara nyata ikut
membangun kebudayaan Indonesia. Nasionalisme kepenyairan ini kemudian mengental
pada Chairil Anwar, yang dengan spirit kebangsaan berhasil meletakkan tonggak
utama tradisi puisi Indonesia modern.
Para penyair Indonesia sepakat, dengan ditetapkannya Hari
Puisi Indonesia, maka kita memiliki hari puisi nasional sebagai sumber
inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia yang modern, literat, dan
terbuka.
Pendeklarasian Hari Puisi Indonesia ini dilaksanakan oleh
Dewan Kesenian Riau (DKR), didukung oleh Yayasan Sagang, Komunitas Sastra
Indonesia (KSI), Majalah Sastra Horison, Jurnal Sajak, Yayasan Panggung Melayu
(YPM) dan seluruh penyair yang diundang.
Pendeklarasian hari puisi Indonesia dimeriahkan dengan
pembacaan puisi oleh para penyair Indonesia yang terpilih melalui proses
kurasi. Dimulai dengan pembacaan puisi Lima Pulau yakni D Kemalawati mewakili
Sumatera, Bambang Widiatmoko (Bekasi, Jawa), John Waromi (Papua), dan Micky
Hidayat (Kalimantan). Selanjutnya diisi
pemutaran film dokumenter tentang kekuatan puisi Indonesia sejak Sumpah Pemuda,
masa Chairil Anwar hingga perkembangan sastra saat ini. Dilanjutkan penyerahan
teks deklarasi yang telah ditandatangani oleh penyair kepada pihak pemerintah
provinsi Riau untuk disimpan di Museum Sang Nila Utama Riau.
Selanjutnya parade pembacaan puisi
menampilkan Gubernur Riau HM Rusli Zainal yang membacakan puisi karya Chairil
Anwar berjudul “Cintaku Jauh di Pulau”. Dilanjutkan penyair lain di antaranya Agus R Sarjono,
Ahmadun Yosi Herfanda, Fatin Hamama, Asrizal Nur (Jakarta), Abdul Kadir Ibrahim
(Kepri), Husnu Abadi, Fakhrunnas MA Jabbar, Taufik Ikram Jamil (Riau), Pranita
Dewi (Bali), Sosiawan Leak (Jateng), Anwar Putra Bayu (Sumsel), Hasan Al Banna
(Sumut), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Dimas Arika Miharja (Jambi).
Pada hari kedua, sebagai wujud dari komitmen yang selalu
dipegang oleh Yayasan Sagang, memberikan Anugerah Sagang 2012 kepada individu
maupun lembaga berprestasi yang memberi andil pemberi warna pada perjalanan
sejarah kebudayaan dan kesenian di Riau.
(Bambang
Widiatmoko, penyair, Bekasi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar