Selasa, 23 Oktober 2012

SELEKSI DEWAN KURATOR PPN VI DI JAMBI HASILKAN BERBAGAI KEBERAGAMAN

Direktur Eksekutif Pertemuan Penyair Nusantara VI (PPN VI), Ramayani (22/10) mengatakan, pemilihan 300 puisi yang lolos dalam seleksi PPN VI Jambi oleh Dewan Kurator secara umum menghasilkan keberagaman tema dan gaya estetik, keberagaman domisili penyair, keberagaman usia penyair, keberagaman entitas yang disebut sebagai Nusantara. 

Menurut dia, tiga ratus puisi terpilih itu adalah yang terbaik dari dua ratus tiga belas penyair yang mengirim puisinya kepada panitia dalam helat akbar para penyair tersebut dan berdasar atas pilihan obyektif Dewan Kurator Pertemuan Penyair Nusantara VI (PPN VI). 

"Jadi berdasarkan seleksi Dewan Kurator atas 300 puisi dan 213 penyair itu dijumpai keberagaman dalam banyak hal, Dan ini sangat menggembirakan sekali," katanya. Menurut Ramayani, proses pengumpulan puisi dilakukan hingga batas akhir penerimaan 5 September lalu. Dari sana tercatat hampir tiga ribu (3000) puisi yang masuk ke panitia dan diteruskan kepada Dewan Kurator untuk dipilih menjadi tiga ratus puisi. 

Dikatakan Ramayani yang juga perempuan penyair asal Jambi ini, tentu tidak mudah menilai puisi dengan tema, gaya estetik dan warna lokal yang beragam itu. Masing-masing Dewan Kurator Puisi, yakni Acep Zamzam Noor (Jawa Barat), Dimas Arika Mihardja (Jambi), dan Gus tf (Sumatera Barat). 
 "Mereka dituntut obyektif sekaligus memiliki ketelitian yang tinggi dalam mengkuratori ribuan puisi tersebut," lanjutnya lagi.

Di antara 213 penyair lolos kurasi, tampak beberapa penyair yang telah lama malang-melintang di jagad kesusastraan, baik nasional maupun internasional. Mereka diantaranya adalah Afrizal Malna, Nirwan Dewanto, Dorothea Rosa Herliany, Iman Budhi Santosa, Mardi Luhung, Ahmadun Yosi Herfanda, Ahda Imran, Iyut Fitra, Isbedy Stiawan ZS, Soni Farid Maulana, dan penyair muda berbakat lainnya di berbagi penjuru Tanah Air. 

Dipaparkan Ramayani, selain memilih dua ratus tiga belas panyair yang berhak mengikuti forum ini, Dewan Kesenian Jambi juga menghadirkan pemakalah utama sekaligus pemakalah pendamping yang terdiri dari sejumlah Negara peserta untuk seminar internasional. "Mereka berasal dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Philipina," lanjutnya. 

Penentuan materi dan pemateri pada sesi tersebut telah melalui diskusi cukup panjang dan alot oleh Dewan Kurator makalah, yang terdiri dari Prof. Dr. Faruk (Yogyakarta), Dr. Maizar Karim (Jambi), dan Ahmadun Yosi Herfanda,M.Si (Jakarta) bersama Dewan Kesenian Jambi. Ahmadun Yosi Herfanda, Kurator Puisi mengatakan, semoga seminar ini menghasilkan pemikiran bernas bagi pengembangan perpuisian Nusantara, tidak terkecuali bagi Jambi sebagai tuan rumah. 

Guna mencapai target tersebut, Aswan Zahari mengatakan, DK-Jambi berusaha secara maksimal untuk mempersiapkan agenda yang berlansung pada tanggal 28-31 Desember 2012 ini, dan berharap kepada para Dosen, Guru, Mahasiswa dan siswa di Jambi dapat mengikuti sesi seminar internasional nanti. “Karena di sinilah pemikiran-pemikiran cemerlang tentang kesusastraan di berbagai negara Asia Tenggara dapat dicerna sekaligus memperkaya pengetahuan sastra kita semua”, ujarnya. (***

Delapan Negara Asia Tenggara Hadiri Pertemuan Penyair Nusantara Jambi 2012

Agenda Pertemuan Penyair Nusantara (PPN)-VI Jambi, yang dijadwalkan pada tanggal 28-31 Desember 2012, mendapat sambutan luar biasa dari para penyair Indonesia yang ada di berbagai penjuru Tanah Air. Perhatian yang sama datang dari upenyair di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, kamboja, Philipina, Myanmar dan Hongkong. Demikian juga disampaikan beberapa peneliti sastra dari Korea Selatan, sehingga mereka berencana hadir dalam perhelatan akbar ini. Hal itu disampaikan oleh Kritikus sastra Indonesia, Maman S. Mahayana, kepada panitia beberapa waktu lalu. 

Adapun kegiatan yang berlansung selama empat hari ini meliputi seminar internasional, penerbitan antologi puisi, workshop, pameran/bazar buku, panggung apresiasi, city tour, dan wisata budaya. Semua kegiatan tersebut telah dipersiapkan dan terus berjalan oleh kepanitiaan PPN-VI Jambi, termasuk kerja para Dewan Kurator makalah maupun puisi, yang telah beberapa kali bertemu untuk mensukseskan kegiatan ini. 

Ketua umum Dewan Kesenian Jambi Aswan Zahari mengatakan, sebagai tuan rumah, Jambi tentu mendapat kehormatan dalam hal ini, dan semoga agenda penting ini tidak hanya sekedar ritual tahunan, tetapi dapat menggali dan menemukan keberagaman ciri, bentuk perpuisian, dan latar sosial yang berbeda dari masing-masing teks puisi yang dihasilkan para penyair Melayu Nusantara, sehingga dapat menjembatani keragaman yang ada di antara kita semua. 

 Lanjutnya, sebagai penyelenggara, Dewan Kesenian Jambi pun telah membentuk dua tim peneliti, yakni Tim Perpuisian Tradisional dan Modern. Gagasan ini merupakan kerja strategis untuk menggali kekuatan perpuisian Jambi, yang nantinya dibentangkan pada sesi Seminar Internasional bersama pemakalah dari Negara lainnya. “Dengan cara ini perpuisian jambi dapat mewarnai jagad kesusastraan Nusantara ke depannya”, harapnya. 

Salah satu tahapan kerja yang sedang berlansung saat ini adalah fiksasi seleksi Puisi. Hingga batas akhir penerimaan puisi, tanggal 5 September 2012, tercatat hampir tiga ribu (3000) puisi yang masuk ke panitia dan diteruskan kepada Dewan Kurator untuk dipilih menjadi tiga ratus puisi. Tentu tidak mudah menilai puisi dengan tema, gaya estetik dan warna lokal yang beragam itu. Masing-masing Dewan Kurator Puisi, yang terdiri dari Acep Zamzam Noor (Jawa Barat), Dimas Arika Mihardja (Jambi), dan Gus tf (Sumatera Barat), dituntut obyektif sekaligus memiliki ketelitian yang tinggi. 

Menurut Dewan Kurator, setelah memilih tiga ratus puisi terbaik dari dua ratus tiga belas penyair, secara umum menghasilkan keberagaman tema dan gaya estetik, keberagaman domisili penyair, keberagaman usia penyair, keberagaman entitas yang disebut sebagai Nusantara. Berangkat dari hal itu, pembaca dapat mengetahui bagaimana aktivitas dan capaian estetik penyair peserta Pertemuan Penyair Nusantara VI sekaligus dapat mengabarkan adanya regenerasi penyair secara baik di berbagai tempat di Tanah Air maupun negara sahabat. 

Selain memilih dua ratus tiga belas panyair yang berhak mengikuti forum ini, Dewan Kesenian jambi juga menghadirkan pemakalah utama sekaligus pemakalah pendamping yang terdiri dari sejumlah Negara peserta untuk seminar internasional. Mulai dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Philipina. Penentuan Materi dan pemateri pada sesi tersebut telah melalui diskusi cukup panjang dan alot oleh Dewan Kurator makalah, yang terdiri dari Prof. Dr. Faruk (Yogyakarta), Dr. Maizar Karim (Jambi), dan Ahmadun Yosi Herfanda,M.Si (Jakarta) bersama Dewan Kesenian Jambi. “Semoga seminar ini menghasilkan pemikiran bernas bagi pengembangan perpuisian Nusantara, tidak terkecuali bagi Jambi sebagai tuan rumah”, tutur Ahmadun Yosi Herfanda. 

Guna mencapai target tersebut, Aswan Zahari mengatakan, DK-Jambi berusaha secara maksimal untuk mempersiapkan agenda yang berlansung pada tanggal 28-31 Desember 2012 ini, dan berharap kepada para Dosen, Guru, Mahasiswa dan siswa di Jambi dapat mengikuti sesi seminar internasional nanti. “Karena di sinilah pemikiran-pemikiran cemerlang tentang kesusastraan di berbagai negara Asia Tenggara dapat dicerna sekaligus memperkaya pengetahuan sastra kita semua”, imbuhnya dengan optimis. 

 Sumber: Panitia Pertemuan Penyair Nusantara VI Jambi 2012

Minggu, 21 Oktober 2012

INTERMEZO: GENANG KENANGAN SUI LAN - YESSIKA


PADA SUATU HARI, SUI LAN DAN YESSIKA MELEPAS KERINDUAN ANTARA KAPAL BERLABUH

Di gigir pantai landai Sui Lan duduk. Wajahnya tertunduk. Terbaca sebuah kecamuk di dalam dadanya yang gemuruh. Yessika duduk di sebelahnya merenda senja. Bunga kata-kata teronce sepanjang sore. Yessika meminta Sui lan membahasakan perasaannya. Sui Lan, pelan membacakan puisi kerinduan yang penuh genang kenangan mencinta, sebuah puisi yang digubah oleh penyair Arsyad Indradi dan termuat dalam buku Nyanyian Seribu Burung (Kelompok Studi Sastra Banjarbaru, 2006):

Pada Suatu Hari

Berjalanlah ia bersama syairnya
Menuju lembah dan perbukitan
Dengan suatu harapan dan kenangan
Ohai merapatlah cintaku yang berderai

Di suatu senja yang kenakakkanakan
Jatuhlah hatinya menahan empasan pandang
Daundaun yang gugur dari dahan yang kering
Dihisap panasnya hari

Di antara ketiduran semuanya
Wajah yang penuh terkumpulmakna
Ditiupkannya seruling sajaknya
Bagai kapal hendak merapat ke dermaga

Ohai pulanglah anak si anak hilang
Pulanglah dengan segenap cinta
Agar kulihat sinar rembulan
Karena kita satu jiwa
Karena kita leluhur bangsa

Banjarmasin, 1971

Yessika terpana menyimak gelegak rasa dalam sajak. Ia manangkap kerinduan yang dalam. Cinta yang mengaroma. Senja kian berwarna. Yessika dan Sui Lan saling pandang. Keduanya lalu melihat kapal-kapal merapat di pelabuhan, di dermaga cinta. “Sui Lan, “ bisik Yessika pelan seakan sebuah kelembutan yang menyelimuti dan memberi kehangatan. “Aku tahu, engkau telah jauh berjalan bersama syairmu menuju lembah dan mendaki perbukitan dengan satu harapan dan kenangan. Aku bisa merasakan betapa ceria cintamu saat itu.”

Sui Lan duduk. Diam. Kenangan demi kenangan mengambang di bening mata keharuan. Jemari tangan Yessika lalu menyisir helai demi helai rambut Sui Lan yang berjuntai di dadanya yang berbunga. “Apa yang membuatmu diam, Sui Lan?” bisik Yessika dengan alunan suara seperti desah angin samudera. “Yessika, “ jawab Sui Lan pelan seolah suaranya penuh getar keharuan, lalu mengisahkan kenangannya bersama si dia (Arsyad Indradi) “Di suatu senja yang kenakakkanakkan jatuhlah hatinya menahan empasan pandang, daundaun yang gugur dari dahan yang kering dihisap panasnya hari.”

Sui Lan kian merunduk. Hatinya terasa diaduk-aduk oleh semacam kecamuk. Lalu dengan desah yang basah ia melanjutkan kisahnya “Di antara ketiduran semuanya, wajah yang penuh terkumpul makna, ditiupkannya seruling sajaknya bagai kapal hendak merapat ke dermaga.”

Yessika tercekat lidahnya, tergetar dadanya. Sebuah keharuan menyusup bersama ayunan kenangan Sui Lan yang mengisahkan kisah perjumpaannya dengan lelaki idamannya, Arsyad Indradi. Bisik Yessika di telinga Sui Lan, “ Lantas, apa sebenarnya yang membuat hujan menderas dari retina matamu?” Suilan diam. Ia mengatur kekuatan untuk mengungkapkan sebuah kenangan bersama lelaki idamannya. Jawab Sui Lan pelan “Ohai pulanglah anak si anak hilang, pulanglah dengan segenap cinta agar kulihat sinar rembulan karena kita satu jiwa,karena kita leluhur bangsa”.

Sui Lan menangis, langit menumpahkan gerimis. Yessika terpana seakan tak percaya mendengar sebuah kisah-kasih yang begitu tragis-mengiris. Yessika pelan berdiri di atas karang. Lalu dengan lantang ia membacakan sebuah puisi lawas yang ditulis tahun 1972 :

Antara Kapal Berlabuh

jangan ada sangsi ketika puput penghabisan
pertanda senja akan membawa kita
ke ombak yang paling jauh
muara tak lagi perbatasan bertolaknya
sebuah kapal yang sarat dengan riwayat
yang diaksarakan pada sebuah perjalanan
dan burungburung laut melepaskan
kepaknya ke karangkarang ketika
kelam menyempurnakan malam
adalah masasilam yang kita sauhkan
pada alir usia kita sebab
langit tak lagi dapat menyimpan
pandangan mata bila kita akan
menghitung nasib antara kapal
berlabuh dengan pelabuhan
di mana kita menambatkan keyakinan
maka layar telah kita kembangkan
sebab laut adalah sebuah jalan panjang
yang mesti kita tempuh
dan kita tak perlu lagi berpaling

Baanjarmasin, 1972

Sui Lan terdiam. Yessika bungkam. Keduanya saling berpelukan dalam keabadian cinta. Langit pesta warna. Laut bergelora. Cinta bergema sepanjang masa.

SALAM DAM-AI

Rabu, 17 Oktober 2012

HASIL SELEKSI PUISI PPN-VI JAMBI 2012



Yth. Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara
Salam, 

Agenda Pertemuan Penyair Nusantara (PPN)-VI Jambi, yang dijadwalkan pada tanggal 28-31 Desember 2012, mendapat sambutan luar biasa dari para penyair Indonesia yang ada di berbagai penjuru Tanah Air. Perhatian yang sama datang dari penyair negara sahabat, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand dan Hongkong. Demikian juga disampaikan beberapa peneliti sastra dari Korea Selatan, sehingga berencana hadir dalam perhelatan akbar ini.

Hingga batas akhir penerimaan puisi, tanggal 5 September 2012, tercatat hampir tiga ribu puisi yang masuk ke panitia dan diteruskan kepada Dewan Kurator untuk dipilih menjadi tiga ratus puisi. Tentu tidak mudah menilai puisi dengan tema, gaya estetik dan warna lokal yang beragam itu. Masing-masing Dewan Kurator, yang terdiri dari Acep Zamzam Noor, Dimas Arika Mihardja, dan Gus tf,  dituntut obyektif sekaligus memiliki ketelitian yang tinggi.

Secara umum, proses kuratorial menghasilkan keberagaman tema dan gaya estetik, keberagaman domisili penyair, keberagaman usia penyair, keberagaman entitas yang disebut sebagai Nusantara. Berangkat dari hal itu, pembaca dapat mengetahui bagaimanaa aktivitas dan capaian estetik penyair peserta Pertemuan Penyair Nusantara VI sekaligus dapat mengabarkan adanya regenerasi penyair secara baik di berbagai tempat di Tanah Air maupun negara sahabat.

Sebagai pertanggung jawaban Dewan Kurator, hasil keputusan seleksi ini sacara tajam dan komprehensif akan ditulis dalam Antologi Puisi PPN-VI Jambi 2012. Kami atas nama panitia penyelenggara PPN-VI Jambi dan Dewan Kurator Puisi mengucapkan rasa terimakasih bagi semua penyair, baik Indonesia maupun negara sahabat, yang telah ikut serta dalam proses seleksi karya puisi. 

Berikut nama-nama penyair hasil seleksi Dewan Kurator Puisi PPN-VI Jambi 2012, 
sesuai abjad dan wilayah Provinsi dan Negara sahabat.

Jambi
  1. A David Khalilurrahman   
  2. Adi Suhara       
  3. Asro al-Murtawy   
  4. CH Yurma       
  5. Chory Marbawy       
  6. Didin Siroz       
  7. EM Yogiswara           
  8. Firdaus
  9. Iif Ranupane       
  10. Iriani R Tandy       
  11. Jumardi Putra       
  12. Kamal Firdaus 
  13. M Husayri (Ary Ce’gu)       
  14. Marwan Kubu
  15. Mulia Jaya           
  16. Puteri Soraya Mansur   
  17. Ramayani Riance   
  18. Ramoun Apta 
  19. Rini Febriani Hauri
  20. Utomo Suconingrat       
  21. Yupnical Saketi           

Aceh
  1. De Kemalawati       
  2. LK Ara           
  3. Nazar Shah Alam

Sumatra Utara
  1. Afrion           
  2. Arie A Nasution
  3. Hasan Al Banna
  4. Idris Siregar 
  5. Ilham Wahyudi       
  6. Raudah Jambak    
  7. Suyadi San
  8. Sartika Sari       
  9. Tina Aprida Marpaung

 Sumatra Barat
  1. A Rahim Qahhar
  2. Adri Sandra
  3. Alizar Tanjung
  4. Budi Saputra
  5. Delvi Yandra        
  6. Esha Tegar Putra   
  7. Heru Joni Putra           
  8. Iyut Fitra
  9. Karta Kusumah
  10. Mahatma Muhammad    
  11. Muhammad Ibrahim Ilyas
  12. Ragdi F Daye
  13. Sulaiman Juned  
  14. Syarifudin Arifin
  15. Yori Kayama 
  16. Zelfeni Wimra

Riau
  1. Ahlul Hukmi 
  2. Fakhrunnas M Jabbar
  3. Hafney Maulana   
  4. Marhalim Zaini                  
  5. Murdoks
  6. Suharyoto Sastrosuwignyo

Kepulauan Riau
  1. Tarmizi Rumahitam

Sumatra Selatan
  1. Anwar Putra Bayu       
  2. Eko Putra           
  3. JJ Polong
  4. Pringadi Abdi Surya

Lampung
  1. Alya Salaisha-Sinta
  2. Fitri Yani
  3. Isbedy Stiawan ZS

 Banten
  1. Asyafa Jelata
  2. Husnul Huluqi    
  3. Na Lesmana
  4. Sulaiman Djaya   
  5. Toto ST Radik
  6. Wahyu Arya   

Jakarta
  1. Ahmadun Yosi Herfanda
  2. Alex R Nainggolan
  3. Bambang Widiatmoko
  4. Budhi Setyawan       
  5. Diah Hadaning
  6. Doddi Ahmad Fauzi
  7. Edy A Effendi
  8. Frans Ekodhanto Purba
  9. Hasan Bisri BFC
  10. Lailatul Kiptiyah
  11. Lukman A Sya
  12. Mustafa Ismail       
  13. Nirwan Dewanto
  14. Nia Samsihono    
  15. Ook Nugroho
  16. Sihar Ramses Sakti Simatupang
  17. Tulus Wijanarko
  18. Yvone de Fretes

Jawa Barat
  1. Ahda Imran
  2. Acep Syahril                
  3. Ahmad Faisal Imron
  4. Ahmad Syahid   
  5. Arinda Risa Kamal        
  6. Atasi Amin   
  7. Bode Riswandi
  8. Evi Sefiani
  9. Heri Maja Kelana
  10. Herton Maridi
  11. Jun Nizami
  12. Khoer Jurzani
  13. Lintang Ismaya
  14. Nissa Rengganis
  15. Romyan Fauzan        
  16. Sinta Ridwan
  17. Soni Farid Maulana
  18. Syarif Hidayatullah
  19. Toni Lesmana    
  20. Willy Fahmy Agiska
  21. Windu Mandela
  22. Yusran Arifin
  23. Zulkifli Songyanan

Jawa Tengah
  1. Arif Fitria Kurniawan
  2. Gunawan Tri Atmodjo
  3. Jumari HS       
  4. M Enthieh Mudakir
  5. N Galih Pandu
  6. Nana Riskhi Susanti   
  7. Nurochman Sudibyo YS
  8. Rudy Ramdani
  9. Thomas Budhi Santoso   
  10. Wachyupras
  11. Wintala Achmad
  12. Yudhi MS   

Yogyakarta
  1. Afrizal Malna
  2. Abdul Wachid BS       
  3. Badrul Munir Chair
  4. Boedi Ismanto SA   
  5. Bustan Basir Maras   
  6. Dorothea Rosa Herliany       
  7. Iman Budhi Santosa   
  8. Joko Pinurbo       
  9. Mustofa W Hasyim   
  10. Mutia Sukma  
  11. Raudal Tanjung Banua   
  12. Riswan Hidayat
  13. Satmoko Budi Santosa
  14. Shohifur Ridho Ilahi

Jawa Timur
  1. Ach. Nurcholis Majid
  2. Ahmad Muchlis Amrin        
  3. Asa Jatmiko   
  4. A’yat Khalili
  5. Beni Setia
  6. Dian Hartati
  7. F Rizal Alief 
  8. Hidayat Raharja
  9. Kamil Dayasawa
  10. Lina Kelana
  11. M Faizi
  12. Mardi Luhung   
  13. Matroni el-Moezany
  14. Nanang Suryadi
  15. R Giryadi            
  16. Rahmat Ali
  17. Tjahjono Widarmanto   
  18. Tjahjono Widijanto
  19. Tjak S Parlan
  20. Viddy AD Daery

Bali
  1. Denok Kristianti        
  2. Frischa Aswarini
  3. Ni Made Purnama Sari       
  4. Ni Putu Rastiti           
  5. Ni Wayan Idayati       
  6. Warih Wisatsana
  7. Wayan Sunarta           

Nusa Tenggara Barat
  1. Dinullah Rayes
  2. Fatih Kudus Jailani
  3. Fitri Rachmawati
  4. Ilham Fahmi   
  5. Irma Agryanti
  6. Kiki Sulistyo
  7. Sindu Putra          
  8. Udin Sape Bima

Nusa Tenggara Timur
  1. Bara Pattyradja
  2. Mario F Lawi
  3. Yoseph Yapi Taum

Kalimantan Selatan
  1. Ali Syamsudin Arsyi
  2. Arsyad Indradi
  3. Hudan Nur
  4. Mahmud Jauhari Ali

Sulawesi Barat
  1. Syaifuddin Gani 

Sulawesi Selatan
  1. Dalasari Pera
  2. Muhammad Aswar

 Sulawesi Utara
  1. Arther Panther Olii
  2. Oddie Frente

Maluku
  1. Dino Umahuk
  2. Mariana Lawier

Papua
  1. Dwi Rahariyoso

NEGARA SAHABAT

Malaysia
  1. A Razak Adam
  2. Abang Patdeli Abang Muhi 
  3. Aminudin Mansor
  4. Benyamin Matussin
  5. Khalid Salleh
  6. Mabulmaddin Shaiddin
  7. Marsli NO
  8. Muhammad Puad
  9. Naffi Mat 
  10. Rahimidin Zahari
  11. Rohani Din
  12. Saleh Rahamat       
  13. Sani La Bise
  14. Shamsudin Othman
  15. Syed Mohd. Zakir    

Singapura
  1. Abdul Samad Salimin   
  2. Ahmad Md Tahir
  3. Almahdi Al-Haj bin Ibrahim
  4. Herman Mutiara   
  5. Noor Aisya Binte Buang
  6. Noor Hasnah Adam

Brunei Darussalam
  1. Adi Aswara
  2. Anjungbuana
  3. Kamarudin bin Pengiran Haji Othman
  4. Nazwan Karim
  5. Zefri Ariff

Thailand
  1. Phaosan Jehwae

............
NB:

  • Kepada para penyair, mohon berkenan mengkroschek alamat domisili, sebagaimana tertera di atas. Hal ini dibutuhkan untuk fiksasi biodata penyair.
  • Panitia akan mengirimkan surat undangan lolos kurasi sekaligus lembar kesediaan hadir (via email). Untuk memudahkan kerja panitia, mohon segera isi lembar kesediaan hadir dan kirimkan ke alamat email: ppn6jambi@gmail.com. cc: ppn6puisipilihan@gmail.com. Hal ini bertujuan untuk fiksasi akomodasi dan penginapan selama kegiatan berlansung.
  • Hal penting lainnya menyusul kemudian

................
Terimakasih
Salam Hormat
Sekretaris PPN-VI Jambi 2012
Jumardi Putra

Selasa, 16 Oktober 2012

CATATAN DEWAN JURI LOMBA MENULIS PUISI TINGKAT NASIONAL ARUH SASTRA KALSEL IX BANJARMASIN 2012


            Dewan Lomba Menulis Puisi Tingkat Nasional yangdiselenggarakan oleh Panitia Aruh Sastra Kalsel IX Banjarmasin 2012 telah memeriksa dan memberikan penilaian terhadap 306 judul puisi untuk katagori peserta umum dan 26 judul puisi untuk katagori peserta pelajar.

Jum’at, 23 Agustus 2012 bertempat di sebuah cafe di lingkungan Taman Budaya Kalsel, Banjarmasin, dewan juri bersidang. Sidang berlangsung dalam suasana akrab penuh kekeluargaan pada pukul 14.00-16.30. Turut hadir 3 orang anggota panitia sebagai fasilitator sekaligus saksi berlangsungnya sidang dewan juri dimaksud..

          Sebelum sidang digelar, para juri lebih dahulu bersepakat bahwa puisi yang diunggulkan oleh 3 juri adalah puisi yang lebih unggul dibandingkan dengan puisi yang diunggulkan oleh 2 juri. Puisi yang cuma diunggulkan oleh 1 juri tidak ikut dinilai lebih lanjut dalam proses penetapan puisi pemenang lomba dan puisi nominasi untuk ikut dimuat dalam antologi puisi bersama hasil lomba.

Perlu dijelaskan bahwa daftar puisi unggulan telah dibuat oleh masing-masing juri sebagai hasil pemeriksaan dan penilaiannya selama beberapa hari di rumahnya masing-masing. Dewan juri sama sekali tidak saling berkomunikasi mengenai daftar puisi unggulan yang dibuatnya masing-masing.
Berikut ini adalah daftar puisi unggulan katagori umum yang dibuat oleh Micky Hidayat, Arsyad Indradi, dan Tajuddin Noor Ganie. Puisi pemenang katagori umum dalam daftar di bawah ini diurut berdasarkan peringkat kemenangannya, dan puisi nominasi diurut berdasarkan nomor undiannya..

Nomor Urut
Nomor Undian,
 Judul Puisi,
dan Peringkat
Kemenangannya
dalam Lomba

MH

AI

TNG
1.
230, Aliansyah Jumbawuya, Banjarbaru, Kisah tak Sudah tentang Juriat yang Setia Menimang Adat,
Pemenang I


v


v


v
2.
232,  Siti Aisyah, Banjarmasin, Menyisir Jejak Lelaki Belukar, Pemenang II

v

v

v
3.
190, Rezqie Muhammad Al Fajar, Banjarmasin, Nyanyian Bumi Paikat
Pemenang III

v

v

v
4.
187, Khoiriyyah Azzahro, Banjarmasin, Rindu Batang Banyu, Pemenang Harapan 1

v

v

v
5.
202, M. Sayid Wijaya, Bali
Elegi Gadis ke Tujuh, Witri
Pemenang Harapan 2

v

v

x
6
159, Budi Saputra, Padang
Penganut Musim, Pemenang Harapan 3

v

v

x
7.
058, Kurnia Hadi, Pasaman, Sumbar, Malam Pernikahan
Nominasi

v

x

v
8.
071, Ida Ayu Adityarini, Bali, Kita Pernah Menjadi Sepasang Layang-layang
Nominasi

v

x

v
9
110, Bram Lesmana, Banjarbaru, Dan yang Seribu itu adalah Aku
Nominasi

v

v

x
10.
131, Wahyudi, Banjarbaru,
Tanahku, Tanah Kami, Tanah Siapa, Nominasi

v

v

x
11.
155, Erika Adriani, Barabai,
Senandung Orang Huma
Nominasi

v

v

x
12.
168, Apito Lahire, Tegal, Jateng, Langkah
Nominasi

v

x

v
13.
205, Nurul Khamsi HB, Barito Kuala, Pulang
Nominasi
v
v
x
14.
248, Muhammad Irwan Aprialdi, Lapangan Batu
Nominasi

v

v

x
15
273, A Rahman el Hakim, Banjarmasin,
Padang Terasing,
Nominasi

v

v

x
16
310, Shinta Ardiatni, Bojonegoro, Jatim,
Mantra Bumi
Nominasi

v

x

v


Keterangan
MH      =    Micky Hidayat
AI        =    Arsyad Indradi
TNG    =    Tajuddin Noor Ganie
V         =    Tanda dukungan juri yang bersangkutan
X         =    Tanda bahwa juri yang bersangkutan tidak mendukung puisi dimaksud

Pemenang lomba tulis puisi katagori umum di atas ditetapkan berdasarkan hasil diskusi intensif yang dilakukan dewan juri. Diskusi berlangsung sangat alot dan sengit, karena para juri tanpa tedeng aling-aling mengemukakan argumentasinya masing-masing tentang keunggulan dan kelemahan yang terkandung di dalam 15 judul puisi di atas. Suhu diskusi tidak jarang memanas akibat terjadinya perbedaan pendapat yang cukup tajam di antara mereka
Berikut ini adalah catatan ringkas untuk puisi-puisi yang ditetapkan sebagai Pemenang I-III, dan Harapan Pemenang 1-3.

1.      Kisah tak Sudah tentang Juriat yang Setia Menimang Adat
Lapis bunyinya dijalin dengan formula yang teratur, larik demi larik. Pengulangan bunyi vocal dan konsonannya sangat ritmis dan melodis. Lapis artinya dijalin dengan kosa kata yang denotatis. Pemakaian 5 kosa kata bahasa Banjar sama sekali tidak mengurangi kelancaran para pembaca untuk memahami lapis satuan artinya. Pemakaian kosa-kata bahasa Banjar dimaksud memang sulit dihindari, karena berkaitan dengan nama-nama tempat, nama-nama kue, dan adat istiadat etnis Banjar di Kalsel. Lapis satuan artinya membuat pembaca larut dalam suasana mistis upacara titual yang digelar para seniman topeng Banjar di kampung Banyiur, Banjarmasin. Lapis dunia puisi ini menggambarkan sikap pribadi penyairnya yang menaruh simpati kepada para seniman topeng Banjar yang dengan sekuat tenaga berusaha mempertahankan identitas kesenimanannya di tengah-tengah serbuan budaya asing yang datang tanpa dapat dicegah sama sekali, seperti serbuan budaya pop Korea (K-Pop) misalnya. Penyair berharap para pembaca puisinya juga mengambil sikap seperti dirinya yang menaruh simpati kepada kegigihan para seniman topeng Banjar melsetarikan salah satu kekayaan budaya lokal etnis Banjar di Kalsel. Lapis metafisisnya merujuk kepada pengalaman imajiner penyair yang ingin ikut serta merasakan aura mistis yang tidak kasat mata di balik upacara ritual yang digelar seniman topeng Banjar di kampung Banyiur, Banjarmasin..

2.      Menyisir Jejak Lelaki Belukar
Lapis bunyinya dijalin dengan formula yang teratur, larik demi larik. Pengulangan bunyi vocal dan konsonannya sangat ritmis dan melodis. Lapis artinya dijalin dengan kosa kata yang denotatis, namun menyentuh kalbu. Selain itu juga ditemukan paduan kata yang relative unik, yakni tabiat melati, berdarah pijar, dan bertameng rajah. Lapis satuan artinya membuat pembaca yang berasal dari daerah Kalsel menjadi trenyuh dengan nasib buruk seorang tokoh pejuang revolusi bernama Ibnu Hajat. Tokoh ini di awal revolusi fisik merupakan ikon pejuang sejati yang gagah berani dalam konflik bersenjata melawan pasukan KNIL yang mengabdi kepada kepentingan pemerintah colonial Belanda. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang meraih pangkat tinggi di institusi ketentaraan republic adalah para mantan anggota militer KNIL yang dulu memihak pemerintah colonial Belanda. Dengan dalih tak pernah sekolah dan tak punya ijazah, para tentara pejuang itu tak diberi pangkat tinggi, sebaliknya malah digusur dengan sistematis dari barak-barak tentara yang belum begitu lama mereka tempati. Ibnu Hajar yang kecewa kemudian angkat senjata untuk melawan kezaliman itu, ia kobarkan perlawanan di daerah Kalsel. Tapi, ia kemudian ditipu dengan bujuk rayu, akhirnya bersedia menghentikan perlawanannya. Segera setelah itu ia dibawa ke Jakarta, lalu menjalani sidang milter, dan akhirnya divonis hukuman mati. Makamnya tak jelas di mana. Tema local puisi ini sangat menonjol, tema local semacam ini masih jarang diangkat orang, tema local inilah yang membuat para juri tertarik untuk mengunggulkannya. Namun, bagi para pembaca yang belum mengenal sosok pribadi Ibnu Hajar akan mengalami kesulitan untuk memahami lapis satuan artinya. Lapis dunianya merujuk kepada sikap pribadi penyairnya yang menaruh simpati kepada nasib buruk yang dialami Ibnu Hajar. Penyair berharap para pembaca puisinya juga mengam,bil sikap seperti dirinya. Lapis metafisis puisi ini merujuk kepada pengalaman pengalaman imajiner penyairnya ketika berusaha menyelami kehidupan Ibnu Hajar sebagai pejuang yang dicampakkan penguasa yang tidak pandai berterima kasih. Nasib buruk Ibnu Hajar mengingatkan kita kepada pepatah yang popular di kalangan para martir bahwa revolusi selalu memakan anak-anaknya, dan Ibnu Hajar adalah salah seorang anak bangsa yang dimakan oleh revolusi yang dulu dikobarkannya.

3.      Nyanyian Bumi Paikat
Lapis bunyinya tidak dijalin dengan formula yang teratur, larik demi larik. Pengulangan bunyi vocal dan konsonannya kurang begitu menonjol. Lapis artinya dijalin dengan kosa kata yang denotatis, namun para pembaca yang berasal dari luar daerah Kalsel akan mengalami ketersendatan (kekurang-lancaran) untuk memahami lapis satuan artinya. Penyair memasukkan tidak kurang dari 10 kosa-kata bahasa Banjar. Namun, pemakaian kosa-kata bahasa Banjar yang demikian itu memang sulit dihindari oleh penyairnya. Hal ini berkaitan dengan tema local yang diusungnya, yakni puja-puji bagi tanah kelahirannya, yang disebutnya Bumi Paikat. Penyair mencoba membangun warna local dalam puisinya ini dengan cara menggunakan kosa-kata bahasa Banjar. Masih berkaitan dengan lapis arti dan lapis satuan, dalam puisi ini ditemukan tidak kurang 14 paduan kata yang sangat menarik, yakni (1) lampit masa lalu, (2) garis petuah sungai Martapura, (3) jejak saka, (4) konser balian, (5) riwayat ladang, (6) penatah banua, (7) nyanyian bumi paikat, (8) deretan duri, (9) hutan purba, (10) ombak yang diam, (11) topeng imitasi, (12) kindai dunia, (13) pakucuran kedurhakaan, dan (14) biduk rampa. Lapis dunia puisi ini menggambarkan sikap pribadi penyairnya yang begitu memuja kepermaian alam tanah leluhurnya. Penyair berharap agar para pembaca puisinya menjadi tergugah untuk mengambil sikap yang sama dengannya. Lapis metafisis puisi ini merujuk kepada pengalaman imajiner penyairnya ketika berada di tanah leluhurnya yang tetap terjaga keasrian alamnya dari masa ke masa.

4.      Rindu Batang Banyu
Tipografi puisi ini sangat menarik. Lapis bunyinya tidak dijalin dengan formula yang teratur, larik demi larik. Pengulangan bunyi vocal dan konsonannya kurang begitu menonjol. Lapis artinya dijalin dengan kosa kata yang denotatis, namun tetap menarik hati. Didalamnya ditemukan paduan kata yang unik, yakni (1) sungaiku kisut, (2) sungaiku muram, dan (3) sungaiku tersedu. Semua juri berpendapat kelemahan puisi ini terletak pada pemakaian huruf K kafital pada Kupulang dan Kukembali. Dewan juri berpendapat huruf k dimaksud sebaiknya ditulis dengan huruf kecil saja. Mengenai hal ini penyair tentunya mempunyai alasan tersendiri. Namun, lazimnya sebuah lomba tulis puisi, tidak tersedia forum yang memungkinkan bagi penyair untuk menjelaskan argumentasinya. Lapis satuan arti puisi ini membawa para pembacanya terhanyut ke suasana romantic melankolis, yakni merindukan masa lalu aku lirik yang serba indah di tengah-tengah alam yang masih asri. Ketika lanting masih ada dan ketika air sungai masih terjaga kebeningannya. Lapis dunia puisi ini menggambarkan sikap pribadi penyairnya yang ingin mengembalikan keasrian sungai di kampung halamannya. begitu memuja kepermaian alam tanah leluhurnya. Penyair berharap agar para pembaca puisinya menjadi tergugah untuk mengambil sikap yang sama dengannya. Lapis metafisis puisi ini merujuk kepada pengalaman imajiner penyairnya yang galau akibat terlalu banyak memikirkan lingkungan alam di kampung halamannya yang rusak parah

5.      Eligi Gadis ke Tujuh, Witri
Lapis bunyinya tidak dijalin dengan formula yang teratur, larik demi larik. Pengulangan bunyi vocal dan konsonannya kurang begitu menonjol. Lapis artinya dijalin dengan kosa kata yang denotatis. Selain itu juga ditemukan paduan kata yang unik, yakni (1) ialalang tak pernah merapat (2) kendi cinta, (3) enam tangkai peri berguguran, (4) jerami langit, (6) sketsa yang terpatri, (7) etalase malam, (8) kebaya ke tujuh dibubuhkan pada lesung, (9) isak yang menetes, (10) gersang mata, (11) anyir udara, (12) mematri pilu, dan (12) selangkangan rumah. Tidak hanya itu, lapis arti puisi ini juga dipenuhi dengan kosa-kata yang merujuk kepada konotasi tak menyenangkan seperti rintih, isak, gersang mata, anyir udara, dan pilu. Lapis satuan arti puisi ini membawa para pembacanya kepada suasana eligi, suasana haru, atau suasana sedih. Lapis dunia puisi menggambarkan sikap pribadi penyairnya yang bersimpati kepada nasib buruk yang dialami tokoh lirik Witri. Penyair mengharapkan para pembaca puisinya juga bersikap seperti dirinya. Lapis metafisis puisi ini merujuk kepada pengalaman imajiner yang dirasakan oleh tokoh imajiner bernama Witri. Tokoh ini digambarkkan penyair sebagai korban budak nafsu orang yang berkuasa (dengan symbol sebagai pemilik harem). Penyair menyebutnya sebagai budak ke tujuh (simbol ketidak-berdayaan) dalam sebuah harem (symbol di mana kaum wanita kehilangan kebebasan asasinya sebagai seorang manusia). Kisah sedih (eligi) ini diperankan oleh Witri yang dipersonifikasikan sebagai lesung berkebaya (symbol wanita) yang (harus merasakan kesakitan) akibat ditumbuk dengan alu (symbol pria durjana) (perlukah aku merintih/ketika pasak itu membelah keperawananku).

6.      Penganut Musim
Lapis bunyinya dijalin dengan formula yang teratur, larik demi larik. Pengulangan bunyi vocal dan konsonannya tidak ditata secara horizontal, tetapi ditata secara vertical dengan jarak yang begitu dekat dalam satu baris yang sama. Efek akustik yang ditimbulkannya adalah bunyi-bunyi ritmis yang melodis. Lapis art puisi ini diperkaya dengan paduan kata yang unik, antara lain (1) penganut musim, (2) sisa pembakaran yang kehilangan kaki-kai petualang, (3) angin yang bertiup tajam, (4) kembali mematut diri di dasar perulangan, (5) kedalaman usia, (6) daun-daun mekar tak berdosa, (7) akar yang menjalar riang, (8) hari-hari yang berkhotbah, (9) matahari yang tegak lurus, (10) menancapkan panas yang kodrati, (11) bangsa hujan (mungkin yang dimaksudnya adalah sebangsa hujan), (12) tanah yang terserang demam berkepanjangan, (13) taat keniscayaan, (14) mendiami diri, (15) kesedihan dan kebahagiaan yang kerap berganti warna, dan (16) tabah menahan segala perih. Lapis satuan arti puisi ini membuat para pembacanya masuk ke dalam khalwat suatu pengalaman mistis, yakni ikhlas dan pasrah menerima nasib yang sudah menjadi putusan kodrati baginya. Kisah seorang penganut yang ridha menerima kemauan musim (takdir reguler) yang sudah terjadwal kedatangannya (kematian). Lapis dunia puisi ini merujuk kepada sikap penyair yang merasa tak berdaya menolak takdir kodrati yang sudah digariskan baginya. Penyair berharap para pembaca puisinya juga mengambil sikap seperti dirinya. Tak peduli apakah takdir dimaksud berupa nasib buruk atau sebaliknya berupa nasib baik. Lapis metafisi puisi ini merujuk kepada pengalaman imajiner seorang penganut yang setia (orang yang beriman) dalam menerima segala sesuatu yang sudah menjadi takdir kodratinya di dunia fana ini.

Setelah pemenang lomba tulis puisi katagori umum berhasil dipilih dan ditetapkan, dewan juri melanjutkan sidangnya untuk memilih dan menetapkan puisi pemenang lomba katagori pelajar.
Berikut ini adalah daftar puisi unggulan katagori pelajar yang dibuat oleh Micky Hidayat, Arsyad Indradi, dan Tajuddin Noor Ganie. Puisi pemenang katagori pelajar dalam daftar di bawah ini diurut berdasarkan peringkat kemenangannya.


Nomor Urut
Nomor Undian,
 Judul Puisi,
dan Peringkat
Kemenangannya
dalam Lomba

MH

AI

TNG
1.
246, Muhammad Irwan Aprialdy, Banjarmasin,
Tanah Banjar
Pemenang I


v


v


v
2.
091, Safira Rizka Aulia, Banjarmasin, Terpuruk
Pemenang II

v

v

v
3.
128, Norhalisah, Pelaihari
Curahan Hati
Pemenang III

v

v

v
4.
234, Irmayanti, Banjarmasin
Rintihan dalam Doa
Pemenang Harapan 1

v

v

v
5.
244, Ayu Mardiyati Hasdia, Banjarmasin, Jendela
Pemenag Harapan 2

v

v

x
6
260, Maria Ulfah, Martapura
Anugerah Pagi
Pemenang Harapan 3

v

v

x

Keterangan
MH      =    Micky Hidayat
AI        =    Arsyad Indradi
TNG    =    Tajuddin Noor Ganie
V         =    Tanda dukungan juri yang bersangkutan
X         =    Tanda bahwa juri yang bersangkutan tidak mendukung puisi dimaksud

Secara umum kami selaku dewan juri mencatat bahwa banyak diantara puisi yang tak kami loloskan ke jenjang nominasi 15 besar (puisi katagori umum) dan 6 besar puisi katagori pelajar karena faktor-faktor di bawah ini.
1.      Puisi dimaksud ditulis dengan menggunakan huruf kafital secara keseluruhannya
2.      Ditulis tanpa mengindahkan tipografi pembagian bait sama sekali. Puisi ditulis begitu saja dalam satu bait dengan jumlah baris lebih dari 15 baris, untuk puisi pendek antara 4-8 baris, hal ini masih bisa ditoleransi, namun untuk puisi panjang di atas 15 baris, aspek tipografi pembagian bait merupakan suatu keharusan, supaya bentuk fisik puisi menjadi lebih indah dipandang mata. 
3.      Bahasa ungkapnya cengeng, bombas, dan vulgar, dan tidak kalah banyaknya puisi yang bahasa ungkapnya sangat mempribadi, saking mempribadinya, maka makna muatan dan makna ikutan hanya diketahui dan dimengerti oleh penyairnya sendiri. Sama sekali tidak ada peluang untuk berkomunikasi.
4.      Temanya sangat local. Puisi bertema local yang tidak ada hubungannya dengan daerah Kalsel mengalami nasib buruk dalam lomba tulis puisi kali ini.  Dalam konteks lomba tulis puisi kali ini, kami selaku juri hanya memilih tema local yang ada hubungannya dengan daerah Kalsel saja. Puisi genre ini relative banyak dikirimkan oleh para peserta lomba, namun hanya 5 judul puisi saja yang mampu menawan hati kami sebagai juri,
5.      Lapis bunyinya tidak ditata secara apik (formulaic), bahkan banyak peserta lomba yang mengabaikannya.
6.      Paduan kata dalam metafora yang digunakan para peserta lomba pada umumnya adalah metafora yang sudah klise, kering, bahkan sudah mati.
7.      Masih banyak factor lain yang membuat kami selaku dewan juri tidak tertarik untuk menominasikan puisi-puisi yang lainnya itu


Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai kata-kata pertanggung-jawaban kami selaku juri. Salah khilaf mohon maaf. Selamat beraruh sastra di kota kayuh baimbai seribu sungai.

Banjarmasin, 24 Agustus 2012
Hormat kami dewan juri,
Arsyad Indradi, S. Pd (Ketua)
Micky Hidayat (Anggota)
Tajuddin Noor Ganie, M. Pd (Anggota).