Jumat, 27 Mei 2011

Tiga Buku Sastra Spektakuler Akan Diluncurkan dalam Dialog Borneo-Kalimantan XI



Dialog Borneo-Kalimantan merupakan acara pertemuan sastra internasional yang melibatkan para sastrawan tiga negara satu pulau, yaitu pulau Borneo atau Kalimantan. Ketiga negara yang terlibat adalah Indonesia (Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar), Malaysia Timur (Sabah, Sarawak, Labuan, Miri), dan Brunei Darussalam. Acara pertemuan ini diadakan tiap dua tahun sekali dengan bergiliran tempat pelaksanaannya. Kalimantan Timur siap menjadi tuan rumah untuk pertemuan yang kesebelas di tahun 2011 ini.
Dialog Borneo-Kalimantan XI direncanakan akan berlangsung pada 5-7 Juli 2011 di Samarinda. Beberapa rangkaian acara akan mewarnai Dialog Borneo-Kalimantan XI ini. Acara utamanya berupa seminar sastra dengan menghadirkan pemakalah dari ketiga negara. Acara juga dilengkapi dengan malam pementasan karya sastra dari berbagai wilayah dan negara. Kegiatan akan dipusatkan di Ruang Serbaguna Kantor Gubernur Kaltim dengan diawali jamuan makan malam di Pendopo Lamin Etam.
Acara ini diikuti oleh para undangan serta masyarakat pecinta sastra di Kaltim sebagai tuan rumah. Undangan terdiri dari para sastrawan atau karyawan dari tiga negara se-Kalimantan atau se-Borneo. Diundang juga beberapa sastrawan/karyawan dari luar Borneo—seperti Jawa, Malaysia Semenanjung, dan Singapura—untuk menjadi peninjau. Bagi masyarakat pecinta sastra di Kaltim yang berminat mengikuti kegiatan ini dapat mendaftarkan diri pada Panitia yang bersekretariat di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim, di Samarinda.
Panitia juga menyiapkan penerbitan tiga buku sastra yang akan diluncurkan pada acara itu, yaitu buku Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia, Kalimantan dalam Prosa Indonesia, dan Kalimantan dalam Puisi Indonesia. Ketiga buku ini dieditori oleh sastrawan Kaltim Korrie Layun Rampan. Buku-buku ini akan dibagikan kepada para undangan yang telah mendaftarkan diri.
Naskah ketiga buku ini sudah dirancang lama oleh Korrie Layun Rampan, yaitu sejak tahun 2007, dengan berbagai kendalanya. “Tiga naskah yang hampir rampung pada awal 2009 dan telah mencapai sekitar 3000 halaman ketik satu spasi, lebih dari separonya tak terselamatkan terkena virus. Bahan-bahan yang ada harus diketik ulang karena umumnya bahan-bahan itu diseleksi dari berbagai penerbitan yang diburu di berbagai tempat, baik di Kalimantan maupun di berbagai perpustakaan di Jakarta, Medan, Banjarmasin, Surabaya, Mataram, Yogyakarta, Semarang, Malang, Jambi, Bandung, dan lain-lain,” demikian Korrie menceritakan suka duka penyusunan buku-buku ini.
Dengan gigih, Korrie mencari cara untuk mengganti naskah-naskah yang hilang. Dan akhirnya naskah-naskah ini dapat juga disiapkan, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Di antara sastrawan yang terlibat membantu dalam pengumpulan naskah adalah Abdul Rahim Hasibuan, Amien Wangsitalaja, Shantined, dan Zulhamdani AS.
Penerbitan ketiga buku yang keseluruhannya hampir mencapai 3000 halaman tentu membutuhkan ketelitian tersendiri. Untuk itu Korrie dibantu beberapa ahli bahasa yang bertindak sebagai pemeriksa aksara, yaitu Diyan Kurniawati, M.Hum., Nurul Masfufah, M.Pd., dan R.M. Sunny, S.Pd. Setelah itu, naskah masih dibaca dan diedit ulang. Bertindak sebagai proofreader (pembaca ahli) adalah Amien Wangsitalaja yang sekaligus menjadi co-editor.
Buku Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia memperlihatkan perjalanan sastra di Kaltim sejak lahirnya sastra Indonesia modern pada tahun 1946 di Kalimantan Timur. Buku ini merupakan vademecum atau ensiklopedi historis perjalanan sastra Indonesia di Kalimantan Timur. Memuat karya dari hampir seluruh sastrawan dan para pemerhati sastra di daerah ini dari yang tertua kelahiran tahun 1923 sampai yang termuda kelahiran 1994. Buku ini merupakan antologi kompilasi, di dalamnya dimuat karya-karya berupa puisi, cerpen, drama, penggalan novel, dan esai/kritik dari 150 karyawan/penulis Kaltim.
Sementara itu, buku Kalimantan dalam Prosa Indonesia dan Kalimantan dalam Puisi Indonesia merupakan buku yang memperlihatkan eksistensi sastra Indonesia yang lahir dari para sastrawan Kalimantan dari empat provinsi, terutama mereka yang masih giat berkiprah dan penuh antusiasme menulis karya prosa dan puisi hingga kini. Dalam buku Kalimantan dalam Prosa Indonesia dimuat karya prosa (esei, cerpen, drama) dari 55 karyawan/penulis se-Kalimantan dan dalam buku Kalimantan dalam Puisi Indonesia dimuat puisi-puisi dari 60 penyair se-Kalimantan.
Kepada semua karyawan/penulis (atau ahli warisnya) yang termuat dalam ketiga buku ini juga akan dibagikan buku gratis dan honorarium alakadarnya. Untuk itu mereka juga diharapkan mendaftarkan diri pada Panitia. “Panitia akan berusaha menyampaikan undangan kepada seluruh penulis yang tulisannya dimuat, tapi akan lebih baik jika para penulis atau ahli warisnya juga proaktif menghubungi Panitia karena ada beberapa nama yang Panitia kesulitan mendapatkan alamat lengkapnya,” demikian penjelasan Panitia.
Berikut adalah daftar para karyawan/penulis yang karyanya dimuat dalam ketiga buku tersebut.

Daftar Nama 150 Karyawan (Penulis Karya) Kaltim yang Karyanya Dimuat dalam Buku
Kalimantan Timur dalam Sastra Indonesia:

1. KADRIE OENING (1923-1989)
2. SYARIFAH MARYAM BARAKBAH (1926-2000)
3. HAJI AMIR (1926-2000)
4. AHMAD DAHLAN (1928-1986)
5. M. SJARWANI MISKAN (1928-....)
6. MANSYAH USMAN (1928-1998)
7. BURHAN DAHLAN (1931-2000)
8. H. HASANI HA (1932-….)
9. HERMAN SYUKUR (1933-….)
10. BADARUDDIN HAMIDY (1934-2007)
11. MASWAN DACHRI (....-....)
12. ACHMAD NOOR (1934-….)
13. MASRAN (....-....)
14. M. ARDIN KATUNG (1935-…)
15. SUHANA (....-....)
16. OEMARMAYAH E.HS (….-….)
17. NATHANAEL NB (1936-2004)
18. H. MOHAMMAD AINI (1937-....)
19. FLORA INGLIN HARRY MOERDANI (1938-….)
20. M. SATTAR MISKAN (1938-….)
21. MASDARI AHMAD (1939-....)
22. H.M.A. TUMENGGUNG (....-….)
23. BACHRIN MASJHOER (1941-….)
24. RUSMALA DEWI (1941-….)
25. AWANG SHABRIANSJAH (....-….)
26. SUDIN HADIMULYA (1942-2009)
27. YURNALIS NGAYOH (1942-…)
28. HAMDI AK (1942-….)
29. IBRAMSYAH AMANDIT (1943-...)
30. ACHMAD RIZANI ASNAWI (1944-2002)
31. IMDAAD HAMID (1944-....)
32. DJUMRI OBENG (1945-….)
33. YULLY REDZIE (1945-....)
34. JOHANSYAH BALHAM (1947-....)
35. M. JAFAR HARUNA (1951-….)
36. KARNO WAHID (1953-....)
37. KORRIE LAYUN RAMPAN (1953-….)
38.YUVENALIS PAMUNG (1954-....)
39. BUDDY WARGA (DATUK MARANGAN) (1954-....)
40. TATANG DINO HERRO (1955-....)
41. S. IBRAHIM KONONG (....-....)
42. MUGNI BAHARUDDIN (1955-....)
43. ABDUL RAHIM HASIBUAN (1956-….)
44. YUVENALIS LAHAJIR (1957-….)
45. MASRIADY MASTUR (1957-2008)
46. MIZIANSYAH J. (1957-2008)
47. ANDI BURHANUDDIN SOLONG (1957-....)
48. NANANG RIJONO (1958-....)
49. SYAFRIL TEHA NOER (1958-....)
50. ZULHAMDANI AS (1958-….)
51. ROEDY HARYO WIDJONO AMZ (1958-….)
52. RIZAL EFFENDI (1958-....)
53. SYAFRUDDIN PERNYATA (1958-....)
54. SYAMSUL KHAIDIR (1958-2009)
55. ADAM A. CHIEFNI (....-....)
56. YADI AM (....-....)
57. FIECE ESF (....-....)
58. DIAN SAREH CH (....-....)
59. MISMAN RSU (1959-....)
60. MARYATI (1959-....)
61. SAPRUDIN ITHUR (1960-....)
62. SUKARDHI WAHYUDI (1960-....)
63. KONY FAHRAN (1960-....)
64. HAMDANI (1960-....)
65. UNTUNG ERHA (1960-....)
66. ANDROECIA DARWIS (1961-....)
67. HABOLHASAN ASYARI (1961-....)
68. HADRI A. BASYIR (1962-....)
69. HERRY TRUNAJAYA BS (1962-....)
70. DJAHAR MUZAKIR (1963-....)
71. SYAIFUL ARIFIN (1963-....)
72. ELANSYAH JAMHARI (1964-....)
73. YAYA W.S. ARIA SANTYKA (1965-....)
74. SUNARYO BROTO (1965-....)
75. HERMAN A. SALAM (1965-....)
76. HAMSI HAMZAH (1965-....)
77. PARDI SURATNO (....-....)
78. AGUS MUSTAPA (1966-....)
79. WIDI MULYONO (1966-....)
80. FATIMAH ASYARI (1966-....)
81. SITI JUMARIYAH (1967-....)
82. DATU ISKANDAR ZULKARNAEN (1968-....)
83. ATIK SULISTYOWATI (1968-....)
84. ANIROH (1968-....)
85. ATIK SRI RAHAYU (1970-....)
86. YUDIANTI HERAWATI (1971-....)
87. HASAN ASPAHANI (1971-....)
88. GUS NOY (1971-....)
89. AMIEN WANGSITALAJA (1972-....)
90. RIATRI LESTARI SOEMARIYONO (1972-2009)
91. DIDIEN OELOEN (1972-....)
92. SARI AZIS (1972-....)
93. LENY ROSTANTRI (1972-....)
94. SHANTINED (1972....)
95. ARIF ER RAHMAN (1972-....)
96. ANNA MARY (1973-...)
97. RITA WIDYASARI (1973-....)
98. MOYANK (1974-....)
99. BRILL A. MARLUDI (1974-....)
100. DAIAN @ DIYAN KURNIAWATI (1975-....)
101. RINA MEYLANI (1975-....)
102. eMeN @ MIRA NURHAYATI (1975-....)
103. NUR_N (1975-....)
104. D. SUDARYA (1976-....)
105. DANI JULIUS (1976-....)
106. ANDI A. HARBAS (....-....)
107. HERMIYANA (1976-....)
108. UNI SAGENA HASYIM (1977-....)
109. KAHAR AL BAHRI (1977-....)
110. NURUL MASFUFAH (1977-....)
111. MUHAMMAD SADLI (1978-....)
112. HANAFI KOETAI (1978-….)
113. SULTANI (1979-....)
114. ALYA KHASFY (1980-....)
115. DIDIK ERI SUKIANTO (1980-....)
116. SOPHIE (1980-....)
117. ALLIANDA (....-....)
118. TRI WAHYUNI (1980-....)
119. D.H. DEVITA (1980-....)
120. NAJMA AIKO (1980-....)
121. BASIR DAUD (1981-....)
122. KHOIRIYYATUZZAHRO (1981-....)
123. GITA LIDYA (1981-....)
124. NOVIETA CHRISTINA (1981-....)
125. FACHMI RACHMAN (1981-....)
126. MAYA WULAN (1982-....)
127. NURNI JURNI (1983-....)
128. ERNA W. (1983-....)
129. CHITA WIJAYA (1985-....)
130. dEN CIPTO (1985-....)
131. DIAN HERAWATI SITUMORANG (1985-....)
132. KARTIKA HERIYANI (1987-....)
133. JURAIDAH SUTRA (1987-....)
134. SITI MALEHA (1987-....)
135. ANTUNG FIRMANDANA (1988-....)
136. ANDRIANE URAN (....-....)
137. DHENOK PRATIWI (1989-....)
138. FLOS SOCRA (1989-....)
139. FITRIANI UM SALVA (1989-....)
140. FARIDAMIATY (1989-....)
141. ENI AYU SULISTYOWATI (1990-....)
142. LUDVY ALFAUDILLA (1991-....)
143. RINDU EVELINA HUTAPEA (1991-....)
144. AMBAR SULISTYOWATI (1991-....)
145. MIRANTI RASYID (1991-....)
146. ASMAUL ROKIMAH (1992-....)
147. LAILATUL MARDHIYAH (1992-....)
148. AL-QUMAIRA (1992-....)
149. MIFTAHURRAHMAH (1993-....)
150. MEGA AYU MUSTIKA (1994-....)


Daftar Nama 55 Karyawan Kalimantan (Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar)
yang Karyanya Dimuat dalam Buku Kalimantan dalam Prosa Indonesia:

AANT S. KAWISAR (Kalbar)
ABDUL RAHIM HASIBUAN (Kaltim)
ALIANSYAH JUMBAWUYA (Kalsel)
ALI SYAMSUDIN ARSI (Kalsel)
AMIEN WANGSITALAJA (Kaltim)
ARTUM ARTHA (Kalsel)
A.SETIA BUDHI (Kalsel)
ATIK SRI RAHAYU (Kaltim)
ATIK SULISTYOWATI (Kaltim)
BURHANUDDIN SOEBELY (Kalsel)
DAIAN (Kaltim)
DESI ARIANI (Kaltim)
DHENOK PRATIWI (Kaltim)
D.H. DEVITA (Kaltim)
DIDIN OELOEN (Kaltim)
DWI HARIYANTO (Kaltim)
D. ZAUHIDHIE (Kalsel)
ELLA DEVIANTI EFFENDI (Kalbar)
ERMINAWATI (Kaltim)
ERSIS WARMANSYAH ABBAS (Kalsel)
FLORA INGLIN HARRY MOERDANI (Kaltim)
HABOLHASAN ASYARI (Kaltim)
HAJRIANSYAH (Kalsel)
HASAN ASPAHANI (Kaltim)
HERMAN A SALAM (Kaltim)
HERRY TRUNAJAYA BS (Kaltim)
IBNU HS (Kalteng)
IWAN YUSI (Kalsel)
JAMAL T. SURYANATA (Kalsel)
KAYLA UNTARA (Kalsel)
KORRIE LAYUN RAMPAN (Kaltim)
M. ANWAR M. H (Kalteng)
MICKY HIDAYAT (Kalsel)
MISRI AN (Kaltim)
MUHAMMAD SYAFIQ (Kaltim)
NAILIYA NIKMAH JKF (Kalsel)
NALA ARUNG (Kaltim)
NANANG RIJONO (Kaltim)
NURNI K. SULAIMAN (Kaltim)
PRADONO (Kalbar)
R. MUHAMAD SUNNY (Kaltim)
SANDI FIRLY (Kalsel)
SARI AZIS (Kaltim)
SHANTINED (Kaltim)
SRI NORMULIATI (Kalsel)
SUKARDHI WAHYUDI (Kaltim)
SUNARYO BROTO (Kaltim)
SYAFRUDDIN PERNYATA (Kaltim)
TAJUDDIN NOOR GANIE (Kalsel)
TRI WAHYUNI RAHMAT (Kaltim)
UNTUNG ERHA (Kaltim)
WURI HANDAYANI PS (Kaltim)
WIDI MULYONO (Kaltim)
Y.S. AGUS SUSENO (Kalsel)
ZULHAMDANI AS (Kaltim)


Daftar Nama 60 Penyair Kalimantan (Kaltim, Kalsel, Kalteng, Kalbar)
yang Puisinya Dimuat dalam Buku Kalimantan dalam Puisi Indonesia:

A.A. AJANG (Kalsel)
ABDUL KARIM AMAR (Kalsel)
ABDUL RAHIM HASIBUAN (Kaltim)
AGUS DWI UTOMO (Kaltim)
AHMAD FAHRAWI (Kalsel)
ALI SYAMSUDIN ARSI (Kalsel)
AMIEN WANGSITALAJA (Kaltim)
ANJANI KANASTREN (Kaltim)
ARIEF RAHMAN HERIANSYAH (Kalsel)
ARIFFIN NOOR HASBY (Kalsel)
ARSYAD INDRADI (Kalsel)
ASPIHAN N. HIDIN (Kalsel)
ATIK SRI RAHAYU (Kaltim)
BURHANUDDIN SOEBELY (Kalsel)
DIDIN OELOEN (Kaltim)
EKO SURYADI WS (Kalsel)
ELLYAS SURYANI SOREN (Kalbar)
ERIKA ADRIANI (Kalsel)
EZA THABRY HUSANO (Kalsel)
FITRIANI UM SALVA (Kaltim)
HAJRIANSYAH (Kalsel)
HANNA FRANSISCA (Kalbar)
HASAN ASPAHANI (Kaltim)
IBRAMSYAH AMANDIT (Kalsel)
IWAN YUSI (Kalsel)
JAKA MUSTIKA (Kalsel)
JAMAL T. SURYANATA (Kalsel)
JUNJUNG BUIH (Kaltim)
KARNO WAHID (Kaltim)
KAYLA UNTARA (Kalsel)
KORRIE LAYUN RAMPAN (Kaltim)
LOVIE GUSTIAN (Kaltim)
MAHMUD JAUHARI ALI (Kalsel)
MAMAN S. TAWIE (Kalsel)
M. ANWAR M.H. (Kalteng)
M. FADJROEL RACHMAN (Kalsel)
M. NAHDIANSYAH ABDI (Kalsel)
MICKY HIDAYAT (Kalsel)
MISRI AN (Kaltim)
MIZAR BAZARVIO (Kalbar)
MUGNI BAHARUDDIN (Kaltim)
NANANG RIJONO (Kaltim)
NURDIN YAHYA (Kalsel)
NURUL MASFUFAH (Kaltim)
ODHY’S (Kalbar)
PRADONO (Kalbar)
RITA WIDYASARI (Kaltim)
ROEDY HARYO WIDJONO AMZ (Kaltim)
ROECK SYAMSURI SABERI (Kalsel)
SHANTINED (Kaltim)
SOPHIE RAZAK (Kaltim)
SUKARDHI WAHYUDI (Kaltim)
SUNARYO BROTO (Kaltim)
SYARKIAN NOOR HADIE (Kalsel)
TAJUDDIN NOOR GANIE (Kalsel)
TARMAN EFFENDI TARSYAD (Kalsel)
YUDHISWARA (Kalbar)
ZULFAISAL PUTERA (Kalsel)
ZULHAMDANI AS (Kaltim)
ZURRIYATI ROSYIDAH (Kalsel)

Note :
Dicopy dari : Aminuddin Rifai Wangsitalaja ( rastantri@yahoo.com)

Jumat, 20 Mei 2011

PUISI, PENYAIR DAN PEMBACA



Oleh : A’yat Khalili

Puisi adalah suara jiwa penyair, tentang apa yang dilihat mata, dirasa dan dicecap lidah dan kulit, apa yang dicium hidung, dipikir otak dan sesuatu apa yang disimpan hati. Eksperesi jiwa itu menghadirkan rasa indah dan rasa kagum bagi setiap manusia yang menikmatinya. Puisi adalah merupakan komunikasi langsung seorang penyair dengan alam, maka tak salah jika terkadang ia hadir menyuarakan gerak daun yang ditingkap angin, sehempas debu yang diterjang angin, atau aroma bunga yang dibawa angin dari halaman rumah. Sebab dari selain itu, puisi adalah merupakan salah satu bentuk jenis karya sastra yang dilengkapi dengan pemakaian majas, denotasi dan konotasi serta penggunaan lambang-lambang, yang terkadang bahasa yang digunakan penyair, ada yang padat, naratif, dan terdapat penghilangan sebagian tanda dan kata untuk lebih mengintensifkan puisinya.
Unsur-unsur puisi didapatkan dari pancaindra, melihat, merasakan dari apa yang terkecil sampai ke paling besar. Yang tampak sampai ke kasat mata. Seorang penyair adalah orang yang paling tertuntut kepekaan dan meresapi setiap kemungkinan dalam perasaan memahami hidup, bahasa dan peristiwa-peristiwa terhadap gejala luar biasa yang ada di alam ini. Penyair dan lingkungannya. Ia hidup dalam dunia bahasa yang tak terbatas dan tak terlepas dari sifat kolektif. Selain pribadinya yang mempunyai jiwa, masyarakat pun punya jiwa. Penyair dan masyarakat adalah ibarat anak dan ibu, yang membentuk dari akumulasi semacam interaksi dan interelasi antara keduanya. Penyair seolah berada dibuaiannya, sementara sang ibu sendiri selalu memberi berbagai macam kebutuhan anak. Karena ia dibentuk dan lahir sebagai anggota-anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional yang terkadang juga kurang rasional dan ril. Hingga dalam hidup yang ia jejaki, ia serapi, ia renungi sebagai sebuah pengetahuan dan pengalaman pahit-manis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya itu telah bermacam-macam warna berbeda yang dapat ia hadirkan, yang tentu kemudian cukup memiliki ciri khas berbeda dan bernilai tersendiri dalam lingkungan hidupnya.
Ia tidak akan hadir dalam ruang kosong belaka, nihil makna. Melainkan puisi sebagai suara terdalam manusia sebagai sang penyair dalam mentransenden bahasa, yang dalam istilah ilmu linguistic—sebagai suatu kalimat yang tidak dapat disampaikan dengan cara lain apa pun, kecuali dalam dan oleh kalimat puisi itu sendiri. Jika kita pun bertanya, dapatkah air mata dan tangis diterjemah dengan bahasa, luka yang tersiksa mampukah ditulis. Di situ bahasa hanya menjadi bahasa. Luka pun tetap menjadi bahasa luka. Ia tak bisa menjelaskan kalimat, begitu pun kata hanya hidup dalam kata itu sendiri. Di luar itu semua—apa yang dipikirkan manusia tentang hari esok hanyalah sunyi, sunyi tak terbatas. Ironi dan abstrak. Puisi sangat penuh pekat-kental, ia sarat dengat hukum nilai, alam estetika telah menjadi tuntutan pembaca dalam mengakrabi puisi agar semakin terkesan, penuh etnik, sosia, dan religius. Yang dalam catatan ini perubahan paling kecil dalam puisi akan mengakibatkan perubahan seluruh komponen dalam rangkaian unsurnya. Hingga puisi akhirnya tidak menjadi kosong arti, dan mustahil dipisahkan dari bunyi kata yag terungkap. Dengan alasan apa pun, puisi tidak untuk diterjemah, sebab ia memang bukan untuk dipikir apalagi diterjemah dengan bahasa lainnya. Ia hanya hadir untuk memenuhi keragaman bahasa, sebagai hakikat awal mula bahasa diciptakan bagi manusia, yang lalu memunculkan dan menjelaskan banyak peristiwa bahasa untuk kemudian diolah batin dan dirasakan oleh pemahaman jiwa. Selain itu semua, hanya sebuah arti atau pengertian yang tak termaknakan.
Seorang pembaca tentunya harus benar-benar tahu dan menguasai linguistic bahasa. Dalam potret lain, harus hidup dalam dunia bahasa. Sebab jika tidak, ia sedang menghadapi besi dingin. Ketika menyentuhnya tak bakal mendapat percik apa pun, kecuali kegelapan amat sangat dan serangkaian kalimat tak bermakna. Lalu bagaimana mungkin, jika tak pernah luka akan menangis. Jika tak pernah hidup akan mati. Mendalami rasa, indera, bahasa, gerak, hingga lahir gema dalam jiwa. Sebab dalam puisi yang menentukan adalah penghayatannya. Pikiran terkadang buntu. Ia adalah batas terendah mencari pembacaan puisi. Sedang puisi sendiri puncak teratas bahasa. Octavio Paz; pernah menulis “ bila puisi menyentuh suatu bahasa apa pun maka menjadi ujaran (beku) dan seketika itu juga berhenti jadi bahasa”. Artinya sebagaimana di atas tersebut, puisi tidak dapat dibahasakan dengan cara ungkap apa pun, selain cara ungkap puisi itu sendiri, ia lahir dari gema rasa—untuk dirasakan jiwa lain, yang kehadiran itu bakal mesti jadi sangkut-paut kehidupannya menerima gema di sekitar dirinya yang menimpa.
Istilah puisi muncul dari runut kata, rasa, bunyi, gema, makna dan indera. Yang satu sama lain berpaduan—tak terpisahkan. Bekerjasama dan saling mengisi. Bahkan mustahil diceraikan keutuhannya yang membentuk ujud puisi itu sendiri. Tidak ada rupa kedua dari puisi. Puisi hanya puisi. Ia hidup sendiri. Akan tetapi dari perangkat itu, puisi bisa hadir jadi pemahaman universal, dan multitafsir. Bagi sebagian pembaca, puisi dapat dirasakan dari getaran bunyinya, sebagia lain dari kedahsyatan kata-katanya, sebagian lagi dari anaforinya, dan ada juga tak menemukannya. Namun, walau sebesar apu pun semua itu tak akan pernah sampai sebagaimana maksud penyairnya itu. Ada yang berlebih dalam pandangannya. Ada yang kewalahan mencarinya. Lebih-lebih seorang pembaca hendaklah mengetahui lingkungan juga hal ihwal proses kreatif sang penyair. Karena ini, tentu bakal membantu kuat penelitian dan pemahamannya tentang puisi-puisi Yang dibaca. Contoh kecil Sutardji CB, puisi-puisinya hanya dapat dipamahi sebagian orang yang telah benar-benar tahu dan mengenal serta membaca catatan hidup yang ia prioritaskan sebagai salah satu proses kreatifnya menulis puisi-puisi mantra kepada khalayak pembaca. Dan masih banyak …yang selanjutnya terserah pembaca mencari dan mengenal puisi secara lebih luas. Hingga kita akhirnya faham, bahwa kenikmatan puisi dan kefahamannya menjadikan manusia lebih arif dan bijak, beradab dan lembut serta selalu ingat pada momentum sendiri.
Telenteyan Longos, Gapura, 13 September 2010.

A`YAT KHALILI
Bernama asli Khalili. Lahir di kampung Telentean desa Longos, Gapura, Sumenep, 10 Juli 1990. menyelesaikan pendidikan dasarnya di desanya sendiri (MI Taufiqurrahman, sementara SMP-nya ia habiskan di Yayasan Abdullah( YAS`A) Pangarangan, Sumenep.Ia selain menulis puisi, juga cerpen, esai, dan naskah kebudayaan agama. pada tahun 2006; memenangkan juara ke-2 lomba cipta puisi remaja tingkat nasional dalam rangka Bulan Bahasa & Sastra di Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2006; memenangkan juara 1 lomba penulisan sastra tingkat remaja Jawa Timur, di Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya 2006; memenangkan juara 1 sayembara penulisan sastra tingkat remaja Jawa Timur, di Teater Kedok SMAN 6 Surabaya 2007; memenangkan juara 2 lomba penulisan puisi religius tingkat mahasiswa se-Indonesia yang diadakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Purwokerto, 2010); nomine lomba cipta puisi Forum Tinta Dakwah (FTD) Forum Lingkar Pena (FLP) Riau, 2010; nomine lomba menulis puisi bertajuk “ Batu Bedil Award 2010” yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tanggamus, dalam rangka Festival Teluk Semaka (FTS) 2010; dan juara ke-1 lomba cipta puisi “ Give Spirit For Indonesia 2011” , Januari 2011 ini. Ia juga mengikuti undangan Liburan Sastra Pesantren (Berlibur, Berkarya, Bersastra)bersama Penerbit LKiS dan komunitas Matapena, Jogja 2008. karya-karyanya yang sudah terbit;Akhir Sebuah Jalan (2006) Rumah Seribu Pintu (2007. Ia juga salah satu pendiri Rumah Sastra Bersama dan penggerak Bengkel Puisi Annuqayah.
Beralamat: Jl. Makam Pahlawan, PP. Annuqayah, Daerah Latee, Rayon Al-Bukhari 23, Guluk-guluk, Sumenep Madura Jawa Timur 69463.

Minggu, 01 Mei 2011

Lomba Menulis Puisi untuk Cinta dan Kasih Ibu 2011 (oleh Hanna Fransisca, Zhu Yong Xia 朱永霞)



Sahabat FB terkasih, tak terasa setahun telah berlalu, dari Mei, kembali kita ke Mei.

Mei bagi saya, adalah sebuah bulan yang senantiasa menampakkan dua sisi: harapan sekaligus kecemasan. Mei adalah sebuah pertanda. Dan di bulan Mei pula, tiga puluh dua tahun yang lalu, saya dilahirkan.

Adalah benar, bahwa sejak kecil saya menyukai sastra. Adalah sebuah kebebasan, jika saya (ataupun siapa saja), ingin menandai bulan Mei dengan sebuah pilihan yang disukai.

Seperti halnya tahun-tahun lalu, saya memberi penanda Mei dengan menawarkan kenikmatan petualangan kreatif bagi para sahabat, untuk menulis sesuatu yang paling dekat dengan diri kita. Sesuatu yang membuat kita ada. Sesuatu yang yang kita sebut, kasih sayang abadi, kasih sayang yang tak pernah tergantikan oleh apa pun, yakni kasih sayang seorang ibu.

Maka izinkan pada Mei ini, Mei 2011, saya kembali menawarkan arena untuk menulis puisi terbaik bagi dedikasi seorang ibu. Saya sesungguhnya risih untuk menyebut kata lomba--alangkah tidak enaknya. Tapi baiklah, sebut saja ini sebuah arena. Sebuah lapangan perjumpaan yang menawarkan petualangan, terutama bagi sahabat-sahabat FB terbaik saya, di mana kalah atau menang bukanlah tujuan pokok.

Kehadiran juri, hanyalah pelengkap untuk menandai batas sebuah arena. Hal terpenting dari perjumpaan ini, adalah keikutsertaan para sahabat. Bagi saya, keikutsertaan para sahabat jauh lebih berharga dari hanya sekedar istilah kalah atau menang. Maka tuliskanlah puisi terbaik bagi ibu, kirimkan pada penjaga batas arena, yang kali ini (seperti halnya tahun lalu) kembali dijaga oleh Acep Zamzam Noor (Penyair, peraih Khatulistiwa Literary Award, dan peraih SEA Write Award), serta Joni Ariadinata (Sastrawan, Redaktur Majalah Sastra Horison). Konsistensi dari dua nama penjaga batas arena ini, semata-mata dimaksudkan untuk sebuah pertanggungjawaban kelak, ketika puisi-puisi yang terpilih diterbitkan.
Adapun penjelasan dari bahasa yang lebih gamblang tentang aturan main serta prosedur standar, bisa dibaca dalam format pengumuman di bawah ini. Selamat menikmati petualangan yang berbahagia.

Salam Kasih

HF

Syarat dan Ketentuan:
1. Peserta terbuka untuk umum
2. Naskah harus asli, bukan saduran atau terjemahan
3. Naskah belum pernah dipublikasikan di media apapun
4. Panjang pendek naskah bebas
5. Peserta mencantumkan biodata diri, alamat jelas, nomor kontak, dan nomor rekening bank untuk memudahkan kebutuhan admistrasi. (Biodata diri akan dijaga keamanannya)
6. Peserta hanya boleh mengirimkan maksimal tiga puisi
7. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat
8. Peserta dapat mengirimkan karyanya melalui email: ibupuisi_ibu@yahoo.com
9. Pengiriman naskah terakhir paling lambat tanggal 25 Mei 2011.
10. Pengumuman 10 nomine akan diumumkan pada tanggal 27 Mei 2011.
11. Penetapan pemenang 1, 2, 3, dan pemenang favorite akan diumumkan berbarengan hari ulang tahun saya, pada tanggal 30 Mei 2011

Apresiasi:
1. Pemenang pertama akan mendapatkan uang tunai sebesar 2.500.000,- rupiah
2. Pemenang kedua akan mendapatkan uang tunai sebesar 1.500.000,- rupiah
3. Pemenang ketiga akan mendapatkan uang tunai sebesar 1.000.000,- rupiah
4. 10 Nomine akan mendapatkan paket buku sastra terjemahan yang akan dikirim setelah pengumuman pemenang lomba
5. Di samping penentuan pemenang 1, 2, dan 3, dari 10 nomine akan dipilih satu puisi favorite. Puisi favorite ini akan ditentukan oleh para sahabat FB, yang dikirim melalui ruang komentar yang disediakan khusus setelah penetapan 10 nomine diumumkan. Suara terbanyak akan menentukan pemenang favorite.
6. Pemenang favorite akan mendapatkan uang tunai sebesar 500.000,- rupiah.

Terima kasih atas partisipasi para sahabat FB terkasih. Semoga damai dan sejahtera senantiasa melimpah bagi kita semua.

Jakarta, 30 April 2011